Pada masa pemerintahan Pakubuwana V (1820 – 1823), karier Burhan
tersendat-sendat karena raja baru ini kurang suka dengan Panembahan
Buminoto yang selalu mendesaknya agar pangkat Burham dinaikkan.
Pada tanggal 9 November 1821 Burhan menikah dengan Raden Ayu Gombak dan
ikut mertuanya, yaitu Adipati Cakradiningrat di Kediri. Di sana ia
merasa jenuh dan memutuskan berkelana ditemani Ki Tanujoyo. Konon,
Burhan berkelana sampai ke Pulau Bali untuk mempelajari naskah-naskah
sastra Hindu koleksi Ki Ajar Sidalaku.
Puncak Kejayaan Karier
Bagus Burhan diangkat sebagai Panewu Carik Kadipaten Anom bergelar Raden
Ngabei Ronggowarsito, menggantikan ayahnya yang meninggal di penjara
Belanda tahun 1830. Lalu setelah kematian Yasadipura II, Ranggawarsita
diangkat sebagai pujangga Kasunanan Surakarta oleh Pakubuwana VII pada
tanggal 14 September 1845.
Pada masa inilah Ranggawarsita melahirkan banyak karya sastra.
Hubungannya dengan Pakubuwana VII juga sangat harmonis. Ia juga dikenal
sebagai peramal ulung dengan berbagai macam ilmu kesaktian.
Naskah-naskah babad cenderung bersifat simbolis dalam menggambarkan
keistimewaan Ranggawarsita. Misalnya, ia dikisahkan mengerti bahasa
binatang. Ini merupakan simbol bahwa, Ranggawarsita peka terhadap keluh
kesah rakyat kecil.
Kamis, 12 Januari 2017
Ronggo Warsito
Nama aslinya adalah Bagus Burhan. Ia adalah putra dari Mas Pajangswara
(juga disebut Mas Ngabehi Ranggawarsita. Ayahnya adalah cucu dari
Yasadipura II, pujangga utama Kasunanan Surakarta. Ayah Bagus Burhan
merupakan keturunan Kesultanan panjang sedangkan ibunya adalah keturunan
dari Kesultanan Demak. Bagus Burhan diasuh oleh Ki Tanujaya, abdi dari
ayahnya.
Riwayat Masa Muda
Sewaktu muda Burhan terkenal nakal dan gemar judi. Ia dikirim kakeknya
untuk berguru agama Islam pada Kyai Imam Besari pemimpin pesantren
gabang tinatar di desa Tegalsari (Ponorogo). Pada mulanya ia tetap saja
bandel, bahkan sampai kabur ke Madiun. Setelah kembali ke Ponorogo,
konon, ia mendapat "pencerahan" di Sungai Kedungwatu, sehingga berubah
menjadi pemuda alim yang pandai mengaji.
Ketika pulang ke Surakarta, Burhan diambil sebagai cucu angkat
Panembahan Buminoto (adik Pakubuwana IV). Ia kemudian diangkat sebagai
Carik Kadipaten Anom bergelar Mas Pajanganom tanggal 28 Oktober 1819.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar