Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian
satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan
menonjolkan latar belakang historis, sebab musabab timbulnya kepemimpinan,
persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan
fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
1.
Arti
kepimpinan pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran adalah
kepemimpinan yang memfokuskan pada pembelajaran yang secara terprinci meliputi:
(1) kurikulum, (2) proses belajar mengajar, (3) asesmen, (4) penilaian, (5) pengembangan guru, (6) layanan prima dalam pembelajaran, dan (7)
pembangunan komunitas belajar di sekolah.
Peter
dan Austin memberi pertimbangan spesifik pada kepemimpinan pendidikan dalam
sebuah bab yang berjudul “Excellence in
School Leadership” mereka memandang bahwa pemimpin pendidikan membutuhkan
perspektif-perspektif berikut ini :
·
Visi
dan simbol-simbol. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi
kepada para staf, para pelajar dan kepada komunitas yang lebih luas.
·
MBWA
/ management by walking about ( manajemen dengan melaksanakan ) adalah gaya
kepemimpinan yang dibutuhkan bagi sebuah institusi.
·
Untuk
para pelajar. Istilah ini sama dengan dekat dengan pelanggan dalam pendidikan.
Ini memastikan bahwa institusi memiliki fokus yang jelas terhadap pelanggan
utamanya.
·
Otonomi,
eksperimentasi dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus
melakukan inovasi di antara staf-stafnya dan bersiap-siap mengantisipasi
kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut.
·
Menciptakan
rasa kekeluargaan. Pemimpin harus menciptakan rasa kekeluargaan diantara para
pelajar, orang tua, guru dan staf institusi.
·
Ketulusan,
kesabaran, semangat, instensitas dan antusiasme. Sifat-sifat tersebut merupakan
mutu personal esensial yang dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan.
2. Tujuan
kepemimpinan pembelajaran
Tujuan
kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mampu mengembangkan potensinya untuk menghadapi masa depan yang belum diketahui dan penuh dengan
tantangan.
Dengan
kata-kata lain, tujuan kepemimpinan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi
pembelajaran agar siswanya meningkat dalam hal: (1) prestasi belajarnya, (2)
kepuasan belajarnya, (3) motivasi belajarnya, (4) keingintahuannya, (5)
kreativitasnya, (6) inovasinya, (7) jiwa kewirausahaannya, dan (8) kesadarannya
untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
senantiasa berkembang dengan pesat.
3.
Manfaat
kepemimpinan pembelajaran
Kepemimpinan
pembelajaran sangat penting untuk diterapkan disekolah karena memberikan banyak
manfaat, antara lain:
(1) meningkatkan prestasi belajar peserta didik secara signifikan; (2) memberikan
dorongan dan arahan terhadap warga sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar
peserta didiknya; (3)
memfokuskan kegiatan-kegiatan warganya untuk
menuju pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah; (4) membangun komunitas belajar warganya;
dan (5) menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school).
Indikator
sekolah belajar dapat dilihat pada hal-hal sebagai berikut: (1) memberdayakan
warga sekolah secara optimal, (2) memfasilitasi warga sekolah untuk belajar
secara berkelanjutan, (3) mendorong kemandirian setiap warga sekolah, (4)
memberi kewenangan dan tanggung jawab kepada warga sekolah (5) mendorong warga
sekolah untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil kerjanya, (6)
mendorong teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan cepat
tanggap terhadap peserta didik,(7) mengajak warga sekolah untuk fokus pada
layanan siswa, (8) mengajak warga sekolah untuk siap dan akrab menghadapi
perubahan, (9) mengajak warga sekolah untuk berpikir sistem, (10) mengajak
warga sekolah memiliki komitmen terhadap keunggulan.
4. Beberapa
unsur dalam Kepemimpinan
Floyd Ruch dalam Gerungan (2002: hal. 129)
menyebutkan tiga tugas utama pemimpin, yaitu: 1) structuring the situation, 2)
controlling group-behavior, 3) spokesman of the group. Pada tugas yang pertama
seorang pemimpin harus dapat mengkonstruksi struktur dari situasi yang dihadapi
kelompoknya secara jelas agar para anggotanya dapat memahami situasi yang
dihadapi mereka dan pada gilirannya mampu memberi penyikapan dan melakukan
tindakan yang tepat. Tugas kedua yang harus dilaksanakan pemimpin adalah
melakukan pengawasan dan pengontrolan/pengendalian perilaku kelompok. Agar
suatu kelompok/organisasi dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka semua orang
yang ada di dalamnya harus berjalan atau melakukan aktivitas yang mengarah pada
tujuan-tujuan tersebut. Sehingga apabila ada anggota kelompok yang ke luar
jalur, maka tugas pemimpinlah yang ‘menyadarkan’ anggotanya tersebut untuk
tetap ada di dalam ‘jalan yang benar.’ Tugas ketiga dari pemimpin adalah
menjadi juru bicara dari kelompoknya mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan-keadaan di kelompoknya. Tentunya apa yang dibicarakan oleh
pemimpin pada pihak lain itu haruslah merupakan gambaran nyata tentang
kelompoknya, bukannya karangan pribadi pemimpin tersebut.
Al
Muchtar (2001: hal. 252) menyebutkan sejumlah fungsi kepemimpinan, yakni:
perencanaan, pemikir, organisator, dinamisator, koordinator, pemegang amanah,
pengawas, penengah, pemersatu, pendidik, pembimbing, dan pelapor. Selanjutnya
Al Muchtar mengungkapkan bahwa untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi tersebut,
pemimpin haruslah memiliki tiga keterampilan, yaitu: 1) technical skills
(penguasaan organisasi mulai dari prosedur kerja sampai evaluasi hasil karya);
2) conceptual skills (merumuskan gagasan atau menjelaskan keadaan rumit ke
dalam bentuk yang mudah dipahami oleh anggota kelompoknya), 3 human skills
(hubungan sosial dan bekerja sama, dan lain-lain .). Pemimpin dalam melaksakan
fungsi kepemimpinannya itu memiliki gayagaya tertentu. Gaya-gaya tersebut
biasanya khas dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga, yaitu: otoriter,
demokratis, dan laissez faire. Gaya kepemimpinan otoriter adalah suatu gaya kepemimpinan
dimana pemimpin merupakan penentu segala aktivitas dalam kelompok termasuk
standar-standarnya. Para anggota tidak diajak untuk berpartisipasi dalam proses
penentuan/pengambil keputusan tentang segala sesuatu dalam organisasi. Gaya
kepemimpinan demokratis menghendaki adanya partisipasi aktif dari
anggota-anggotanya dalam organisasi termasuk dalam penentuan kebijakan yang
diambil dalam organisasi. Sedangkan kepemimpinan laissez faire bersifat pasif.
Pemimpin menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu dalam organisasi pada para
anggotanya termasuk dalam hal-hal yang bersifat strategi seperti penentuan arah
organisasi.
5. Dimensi
kepemimpinan pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran yang
efektif membutuhkan 12 kompetensi sebagai berikut: (1) mengartikulasikan
pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran,
(2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing
pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi
kinerja guru dan mengembangannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6)
menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa,
(8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik
kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa,
kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun
teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh.
6.
Kontribusi kepemimpinan pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran
tidak langsung bekerja pada proses pembelajaran di kelas, namun dengan kepemimpinan
pembelajaran akan terbangun iklim akademik yang positif, komunikasi yang baik antar
staf di sekolah, perumusan tuntutan akademik yang tinggi, dan tingginya tekad seluruh
pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan sekolah.
7.
Optimalisasi
kepemimpinan pembelajaran
Secara teoritis
ataupun praktis sudah tidak ada yang meragukan bahwa kepala sekolah sebagai
leader merupakan figur sentral yang diharapkan mampu menerapkan kepemimpinan pembelajaran yang kuat dalam mewujudkan sekolah yang bermutu.
Berdasarkan
Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah disebutkan
bahwa seorang kepala sekolah untuk dapat menjalankan tugasnya secara baik harus
memenuhi 5 kompetensi, yaitu: (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi
sosial, (3) kompetensi menajerial, (40 kompetensi suprvisi, dan (4) kompetensi
kewirausahaan.
Dalam konteks
kepemimpinan pembelajaran, Komisi Redesain Kepemimpinan Pembelajaran Kepala
Sekolah di Tennesee, Amerika Serikat
(2007), merumuskan kompetensi praktis kepala sekolah sebagai pemimpin
pembelajaran hendaknya mewujudkan 7 kompetensi standar sebagai berikut.
No.
|
Standar
|
Tugas
|
1.
|
Standar A:
Peningkatan secara berkelanjutan
|
Melaksanakan pendekatan yang
sistematik dan koheren untuk menuju peningkatan secara berkelanjutan dalam
prestasi akademik seluruh siswa
|
2.
|
Standar B: Kultur pembelajaran
|
Menciptakan kultur pembelajaran yang progresif/kondusif di
sekolahnya agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan setinggi-tingginya.
|
3.
|
Standar C: Kepemimpinan -pembelajaran dan penilaian
hasil belajar (Asesmen)
|
Memfasilitasi peningkatan mutu
pembelajaran di sekolahnya berdasarkan hasil evaluasi dan dilakukan secara
terus menerus dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa seoptimal mungkin.
|
4.
|
Standar D: Pengembangan profesionalisme guru secara terus-tenerus
|
Melakukan
pengembangan
profesionalisme warga sekolahnya terutama
guru yang dilakukan secara terus-menerus dalam
rangka untuk meningkatkan hasil belajar
siswa seoptimal mungkin.
|
5.
|
Standar E: Manajemen sekolah
|
Memfasilitasi warga sekolah (guru,
siswa, karyawan) agar menjadi pelajar yang baik dan mengembangkan pembelajaran
yang efektif melalui pemanfaatan berbagai sumber belajar yang tersedia dan
yang perlu disediakan jika belum ada.
|
6.
|
Standar F: Etika
|
Memfasilitasi peningkatan secara berkelanjutan
dalam meningkatkan keberhasilan belajar siswa melalui proses pembelajaran yang
sesuai dengan estándar etika paling tinggi dan mendorong pendampingan berupa
tindakan politis apabila diperlukan.
|
7.
|
Standar G: Perbedaan
|
Memfasilitasi toleransi terhadap perbedaan
latar belakang siswa, baik dari suku, agama, ras, jenis kelamin, dan asal usul.
|
·
Merumuskan
dan mengartikulasi tujuan pembelajaran
·
Mengarahkan
dan membimbing pengembangan kurikulum
·
Membimbing
pengembangan dan perbaikan proses pembelajaran
·
Mengevaluasi
kinerja guru dan mengembangkannya
·
Membangun
komunitas pembelajaran
·
Menerapkan
kepemimpinan visioner dan situasional
·
Melayani
siswa dengan prima.
·
Melakukan
perbaikan secara terus menerus
·
Menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif
·
Membangun
warga sekolah agar pro perubahan
·
Membangun
teamwork yang kompak
·
Memberi
contoh dan menginspirasi warga sekolah
·
Menciptakan
kultur bagi
pembelajaran yang progresif/kondusif
·
Melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap keberhasilan pembelajaran.
·
Menyediakan sebagian besar waktu untuk
pembelajaran.
8. Guru sebagai pemimpin dalam proses
pembelajaran
Setiap guru yang mengajar suatu mata pelajaran adalah pemimpin dalam kelasnya.
Guru adalah pemimpin karena dia
bertugas mempengaruhi perilaku belajar para siswanya.
8.1 Peran guru sebagai pemimpin :
1)
Mengajar, membantu dan memotivasi siswa untuk selalu menemukan cara
memperbaiki dirinya dan dunianya.Siswa yang sudah mengalami pendidikan semacam
itu akan mampu bertahan hidup dan menyesuaikan diri dalam lingkungan yang terus
berubah.
2) Guru yang bermutu tidak hanya senang membantu siswa yang cerdas,
tetapi juga terhadap siswa yang
memerlukan waktu lebih lama untuk mempelajari sesuatu fakta atau konsep.
3) Guru yang bermutu menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keberhasilan
belajar semua siswa. Dia selalu mendorong siswa untuk mengembangkan daya
intelektual dan daya emosinya guna mencapai pengetahuan yang superior dan
kemampuan memecahkan masalah.
4) Guru yang
bermutu selalu memusatkan perhatiannya pada kepentingan siswa dan menumbuhkan
perasaan selalu ingin tahu dan selalu ingin belajar.
5) Guru yang
bermutu selalu melakukan yang lebih baik, bersikap lebih fleksibel, dan selalu
mempertanyakan segala sesuatu.
6) Guru yang bermutu berusaha agar siswanya menjadi orang yang cemerlang.
7) Guru yang bermutu selalu berusaha memberdayakan siswanya dan memperluas
pengetahuannya, sehingga siswa memiliki daya dalam menghadapi berbagai situasi.
8) Menerapkan MMT ataupun Perbaikan yang Berkelanjutan, berarti perubahan
(yang berkesinambungan) pada diri siswa dan pada dirinya sendiri.
9) Guru yang bermutu berperan membuat kelasnya menjadi suatu tim untuk memecahkan berbagai
persoalan. Jadi tanggung jawab kelas
pada semua orang, bukan hanya pada guru.
8.2 Tugas Guru Sebagai Pemimpin Pendidikan
1) Berkomunikasi dengan jelas dan sabar.
2) Memusatkan perhatian pada peserta didik.
3) Membudayakan mutu (dalam segala hal).
4) Mengadakan inovasi proses pembelajaran.
5) Menampung aspirasi peserta didik.
6) Menetapkan struktur tugas, kewajiban, tanggung-jawab dan hak
masing-masing dalam kelas.
7) Mengoreksi kebijaksanaan yang ada, bila perlu.
8) Mengatasi kendala yang muncul dalam proses pembelajaran.
9) Mengembangkan tim-tim kecil dalam pembelajaran.
10) Mengembangkan mekanisme pemantauan dan
evaluasi keberhasilan secara terbuka dan adil.
11) Mengadakan kaderisasi dalam bidang ilmu yang diasuh.
12) Memberdayakan peserta didik (Empowerment)
13) Memotivasi peserta didik.
Guru pemegang peran penting dalam
proses pembelajaran, hasil penelitian membuktikan bahwa 85% sistem pembelajaran
dikendalikan oleh guru dan hanya 15% saja yang benar-benar usaha siswa.
Dalam pengelompokan siswa untuk
memecahkan suatu masalah yang diberikan guru, guru harus bisa membagi
kelompok-kelompok kecil dalam kelas secara heterogen. Agar terjadi keseimbangan
pada setiap kelompok karena dalam satu kelompok terdapat siswa yang pintar,
biasa, dan kurang pintar.
9. Kepemimpinan
yang aman, nyaman dan menyenangkan
Dalam amanatnya mengenai masalah
kepemimpinan berdasarkan falsafah Panca Sila, Jenderal Soeharto menyimpulkan
beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu
kesadaran beragama dan beriman teguh
2. Hing ngarsa sung tulada, yaitu
memberi suri-tauladan yang baik di hadapan anak buah.
3. Hing madya mangun karsa, yaitu
bergiat dan menggugah semangat di tengah-tengah masyarakat (anak buah).
4. Tut Wuri handayani, yaitu memberi
pengaruh baik dan mendorong dari belakang kepada anak buah.
5. Waspada purba wisesa, yaitu
mengawasi dan berani mengoreksi anak buah.
6. Ambeg parama arta, yaitu memilih
dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja, yaitu bertingkah laku yang
sederhana dan tidak berlebih-lebihan
8. Satya, yaitu sikap loyal timbal
balik dari atasan terhadap bawahan, dari bawahan terhadap atasan dan juga ke
samping.
9. Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan
membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu untuk keperluan yang
benar-benar penting.
10. Sifat terbuka, yaitu kemauan,
kerelaan, keikhlasan, dan keberanian untuk mempertanggung jawabkan
tindakan-tindakannya.
11. Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan,
dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tugas dan tanggung jawab serta
kedudukan kepada generasi muda guna diteruskannya.
B. Manajemen mutu terpadu
Mutu
merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu institusi untuk
merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan
eksternal yang berlebihan. Manajemen mutu terpadu merupakan
sebuah konsep yang mengaplikasikan berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu
produk barang atau jasa memiliki spesifikasi. Pendekatan manajemen mutu
dilakukan secara menyeluruh yaitu mulai dari input, proses, output, dan
outcome. Dilakukan secara berkelanjutan untuk menunjukkan bahwa upaya
mewujudkan mutu merupakan bagian kerja keseharian bukan sesuatu yang temporal
(sewaktu-waktu). Semua komponen sistem organisasi diposisikan sebagai bagian
untuk menjamin mutu dan disinergikan melalui kepemimpinan mutu. Beberapa isu
yang dibuat oleh konferensi Dewan Mutu pada Mei 1990 (Ross, 1993:1-2) adalah
sebagai berikut:
a. A cultural based on a management philosophy of meeting customer
requirements trough continous improvement (satu perubahan budaya didasarkan
pada filosofi manajemen sesuai dengan tuntutan pelanggan melalui perbaikan
berkelanjutan).
b. Management behavior that includes acting as role models, use of
quality processes and tools, encouraging communications, sponsoring feedback
activities and a supporting environment (perilaku manajemen juga harus
berperan sebagai model, menggunakan alat dan proses mutu, mendorong komunikasi,
mensponsori umpan balik, dan mendukung lingkungan).
c. Mechanism of change including training, communications, recognition,
teamwork, and customer satisfaction
program (mekanisme perubahan meliputi: pelatihan, komunikasi perubahan,
pengenalan, kerjasama kelompok, dan program pemuasan pelanggan).
d. Implementing TQM by defining the mission, identifying system output,
identifying customers, negotiating customers, requirements, developing a
suppliers specification that details customer requirements and expectation, and
determining the necessary required to fulfill those requirements and
expectations. (pengimplikasian TQM dengan mendefinisikan misi,
mengidentifikasi system output, bernegosiasi dengan tuntutan pelanggan,
mengembangkan spesifikasi bagi supplier sebagaimana diharapkan dan dituntut
pelanggan, dan menentukan syarat-syarat yang perlu untuk mengisi harapan dan
tuntutan pelanggan).
12. Gerakan mutu dalam pendidikan
Gerakan mutu terpadu dalam
pendidikan masih tergolong baru. Hanya ada sedikit literatur yang memuat
referensi tentang hal ini sebelum 1980an. Beberapa upaya reorganisasi terhadap
praktik kerja dengan konsep TQM telah dilaksanakan oleh beberapa universitas di
Amerika dan beberapa pendidikan tinggi lainnya di Inggris.
13. Kontrol
mutu, jaminan mutu, dan mutu terpadu
Kontrol mutu merupakan sebuah proses pasca produksi
yang melacak dan menolak item-item yang cacat. Kontrol mutu biasanya dilakukan
oleh pekerja-pekerja yang dikenal sebagai pemeriksa mitu. Inspeksi dan
pemeriksaan adalah metode-metode umum dari kontrol mutu dan sudah digunakan
secara luas dalam pendidikan untuk memeriksa apakah standar-standar telah
dipenuhi atau belum. Jaminan mutu bertujuan untuk mencegah terjadi kesalahan
sejak awal proses produksi. Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk
yang bebas dari cacat. Jaminan mutu lebih menekankan tanggungjawab tenaga kerja
dibandingkan inspeksi kontrol mutu, meskipus sebenarnya inspeksi tersebut juga
memiliki peranan dalam jaminan mutu.
TQM (Total Quality Manajemen) merupakan perluasan
dan pengembangan dari jaminan mutu TQM adalah tentang usaha menciptakan sebuah
mutu-mutu kultur, mutu yang mendorong semua anggota stafnya untuk memuaskan
para pelanggan. Dalam konsep mutu terpadu pelanggan adalah raja.
14. Produk
dari pendidikan
Pelajar atau peserta didik seringkali dianggap
sebagai produk dari pendidikan. Dalam pendidikan kita sering mengatakan
seolah-olah pelajar adalah hasil dari pendidikan, khususnya dengan merujuk pada
penerapan disiplin dan cara bersikap di institusi-institusi tertentu.
Pendidikan seolah-olah merupakan sebuah jalur produksi
Menghasilkan pelajar dengan standar jaminan tertentu
adalah hal yang mustahil. Sebagaimana Lynton Gray ungkapkan dalam beberapa
diskusi tentang masalah ini : ‘manusia tidak sama, dan mereka berada pada
situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini yang tidak bisa
disama-ratakan. Menilai mutu pendidikan sangat berbeda dari memeriksa hasil
produksi pabrik atau menilai sebuah jasa’.
15. Pendidikan
dan Pelanggannya
Bagi beberapa pendidik, istilah ‘Pelanggan’ jelas
sekali memiliki nada komersial yang tidak dapat diaplikasikan dalam pendidikan.
Mereka lebih suka menggunakan istilah klien. Klien, dengan konotasi jasa
professional yang mnyertainya dianggap sebagai istilah yang jauh lebih tepat
disbanding pelanggan. Sementara itu, yang lainnya ada yang menolak bahasa
seperti itu dan menurut mereka akan lebih tepat jika menggunakan istilah
pelajar atau murid. ‘Pelanggan utama’ yaitu pelajar yang secara langsung
menerima jasa, ‘pelanggan kedua’ yaitu orang tua, gubernur atau sponsor pelajar
yang memiliki kepentingan langsung secara individu maupun institusi, dan
“pelanggan ketiga” yaitu pihak yang memiliki peran penting, meskipun tak
langsung, seperti pemerintah dan masyarakat secara keseluruhannya. Bentuk
pemasaran yang paling baik dalam pendidikan adalah pemasaran yang dipilih oleh
para pelajar untuk kepentingan mereka masing-masing. Kesuksesan pelajar adalah
kesuksesan intitusi pendidikan.
MMT juga diasumsikan sebagai suatu
filosofi manajemen yang melembagakan sumber daya yang ada, terencana,
berkesinambungan dan mengasumsikan peningkatan kualitas dari hasil semua
aktivitas yang terjadi dalam organisasi: bahwa semua fungsi manajemen yang ada
dan semua tenaga untuk berpartisipasi dalam proses perbaikan.
Dengan peningkatan sistem kualitas
dan budaya kualitas, proses MMT bermula dari pelanggan dan berakhir pada
pelanggan pula. Proses MMT memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan
dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi
untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan
kepada pelanggan (output).
Manajemen Mutu Terpadu merupakan
upaya untuk mengoptimalkan organisasi dalam rangka kepuasan pelanggan. Dengan
demikian Manajemen Mutu Terpadu berkaitan dengan:
·
Fokus
pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
·
Memiliki
obsesi yang tinggi terhadap kualitas
·
Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan massalah
·
Memiliki
komitmen jangka penjang
·
Membutuhkan
kerjasama tim
·
Memperbaiki
proses secara berkesinambungan
·
Menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan
·
Memberikan
kebebasan yang terkendali
·
Memiliki
kesatuan tujuan
·
Adanya
keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
16. Strategi
dan alat-alat dasar
Alat dan teknik mutu adalah media untuk dapat
mengidentifikasi dan memecahkan persoalan secara kreatif. Salah satu aspek
terpenting TQM adalah mengumpulkan sejumlah alat-alat yang bermanfaat mengimplementasikan
konsep yang sudah ditentukan. Sebagaian besar dari alat-alat mutu tersebut
sederhana dan sudah dipergunakan, seperti brainstorming.Brainstorming
adalah membuat para staf berdaya cipta dan terbebas dari segala bentuk
tekanan. Akan tetapi, ia juga memiliki keterbatasan untuk menghasilkan sebuah
hasil yang diinginkan ia harus digunakan secara bersama-sama dengan alat-alat
lain seperti afinitas jaringan kerja atau konstruksi diagram Ishikawa. Brainstorming bisa berbentuk aktivitas
yang terstruktur atau tidak terstruktur brainstorming
yang terstruktur melibatkan setiap anggota tim dalam memberikan ide hingga
memunculkan ide inti. Sementara brainstorming
yang tidak terstruktur secara sederhana mempersilahkan setiap orang untuk
mengekspresikan ide-idenya seperti yang ada dalam pikirannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar