Menurut republika.co.id (2012), ada
tujuh penyebab yaitu 1. pembelajaran hanya pada buku paket yang menjadi acuan,
guru jarang sekali mencari sumber referensi lain, 2. metode berceramah satu arah inilah yang
banyak dipakai oleh guru, 3. kurangnya sarana belajar didaerah-daerah pelosok,
4 .aturan yang mengikat, sekolah lebih cenderung menggunakan kurikulum dari
pemerintah seharusnya sekolah juga mempunyai kurikulum sendiri sesuai dengan
karakteristiknya, 5. Guru tidak menanamkan diskusi dua arah, 6. Metode
pertanyaan terbuka tidak dipakai, 7. Budaya mencontek, tidak hanya dilakukan
oleh siswa namun gurupun melakukannya pada tes-tes pegawai negeri.
Dalam artikel Imanuel M.
Rustijono’s Site (Kualitas pendidikan Indonesia dan permasalahannya, 10
september 2011) menyatakan permasalahanya adalah sebagian besar siswa Indonesia
mengakui bahwa yang mereka kejar nilai bukan ilmu, artinya mereka lebih
mendahulukan nilai baru memikirkan ilmu. Ada dua alasan kenapa hal ini terjadi
yaitu sistem dan lingkungan. Sistem pendidikan Indonesia menuntut nilai yang
tinggi bukan ilmu yang tinggi. Memang sistem pendidikan di seluruh dunia
menuntut nilai yang tinggi, namun guru-guru di luar negeri bisa menanamkan
konsep yang lebih kuat bahwa ilmu adalah yang terpenting dan nilai adalah nomor
2. Inilah yang tidak mampu diatasi guru di Indonesia, sehingga pola pikir siswa
terpengaruh dengan sistem yang ada bahkan siswa terpicu untuk melakukan hal-hal
negatif untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Lebih parahnya lagi, beberapa
orang tua tidak menyadarkan anaknya dan malah melakukan hal-hal buruk lainnya
agar anaknya bisa memperoleh nilai yang tinggi. Tentu saja hal ini terjadi
karena sistem pendidikan dan orientasi siswa Indonesia telah rusak sejak dulu.
Sehingga kerusakan ini terus berlanjut seperti rantai hingga sekarang, dan
segelintir orang yang justru menikmatinya. Artinya lingkungan disekitar siswa
juga mendukung konsep ini karena dari dahulu kala konsep inilah yang tertanam.
Hingga perguruan tinggi, konsep ini terus tertanam pada sebagian mahasiswa,
padahal perguruan tinggi adalah tempat ilmu bukan nilai.
Satu lagi konsep
pendidikan yang salah adalah : siswa diberi tugas untuk menguasai, menghafal,
dan menuliskannya lagi dikertas dengan konsep pemikiran yang sama bukan
menguasai, mengerti, dan menuliskannya lagi dengan pengembangan konsep
pemikiran sendiri dan menambahkan hal-hal baru. Hal ini berpengaruh bagi mental
siswa dan pola pikir mereka. Banyak siswa yang hanya menjadi pengikut dan tidak
menjadi pencipta. Padahal kebanggaan suatu bangsa adalah ketika bangsa tersebut
mampu menciptakan dan membuat pengaruh bagi dunia. Dalam pelaksanaannya
pendidikan Indonesia sering menanamkan konsep yang salah, dan hal ini perlu
diubah. Tenaga pendidik Indonesia masih banyak yang tidak memenuhi standar,
baik ilmu yang dimiliki maupun kepribadian. Sebenarnya tenaga pendidik
Indonesia banyak yang kompeten bahkan berlevel Internasional, masalahnya adalah
mereka bekerja di luar negeri dengan alasan gaji yang rendah dan perintah tidak
peduli dengan hal ini. Hal inilah yang jadi akar permasalahan pendidikan selain
konsep pendidikan yang salah. Tenaga pendidik yang tersisa di Indonesia adalah
tenaga pendidik dengan kualitas standar, dan tenaga pendidik yang berkualitas
tinggi sangat sedikit presentasenya. Ditambah lagi setelah dari pendidikan
tinggi, orang yang ingin mengabdikan dirinya sebagai tenaga pengajar sangat
sedikit, sehingga yang menjadi tenaga pengajar benar-benar sedikit dan
kebanyakan justru tidak memenuhi kuota pendidik yang ada, sehingga pada
akhirnya direkrutlah tenaga pendidik yang biasa-biasa saja (hal ini sering
terjadi di lembaga pendidikan negeri). Di lain hal, tenaga pendidik berkualitas
yang mampu direkrut tidak ditempatkan secara merata di Indonesia, namun
kebanyakan ditempatkan di pulau Jawa. Hasilnya, pendidkan yang diterima di
Indonesia Timur cukup jauh bedanya dengan yang diterima di Indonesia Barat
Mayoritas penduduk Indonesia tidak merasakan
perguruan tinggi. Kenapa? Alasannya adalah biaya, apalagi tingkat kemiskinan
Indonesia yang tinggi, dan dana beasiswa dan keringanan biaya pendidikan tinggi
yang terkesan ditutup-tutupi baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.
Masalah rumit lainnya adalah negara yang lebih maju yang sadar dengan
potensi siswa dan masyarakat Indonesia. Banyak siswa-siswa berprestasi
Indonesia yang diberikan beasiswa cukup besar bahkan biaya hidup selama di
begara tersebut. Begitu juga halnya dengan kaum akademisi dari Indonesia,
banyak yang dibayar mahal untuk mengajar di luar negeri. Hasilnya Indonesia
terpuruk dan banyak potensi yang disia-siakan. Pada dasarnya sumber daya
manusia Indonesia tidak kalah dengan luar negeri, bahkan dalam Olimpiade
Internasional, Indonesia sudah sering mendapat juara, namun kesadaran
pemerintah dalam merekrut dan memperhatikan orang-orang seperti inilah yang
membuat banyak kaum terdidik dan kompeten Indonesia yang bekerja di luar negeri
dimana kehidupan dan harta mereka terjamin.
Untuk mengatasi
problem pendidikan Indonesia diatas :
yaitu yang pertama kita harus merubah pola
pikir tentang nilai yang didahulukan bukan ilmu, konsep yang harus ditanamkan
adalah memperoleh nilai yang bagus bukan yang tinggi. Karena dalam KBBI, bagus
berarti baik sekali dan tinggi berarti jauh diantaranya dari sebelah bawah dan
bahkan ada definisi negatif yaitu sombong. Guru harus menekankan kata bagus
bukan kata tinggi, dan perlu ada penjelasan bahwa ilmu lebih penting daripada
nilai yang tinggi sebab dalam dunia pekerjaan hal yang diperlukan adalah ilmu
bukan nilai yang tinggi. Orang dengan nilai yang tinggi namun tidak berilmu
akan jatuh dengan sendirinya, namun orang dengan nilai yang tidak terlalu tingi
tetapi ia berilmu akan sukses dikemudian hari.
Yang kedua harus
ditanamkan konsep siswa belajar untuk menciptakan sesuatu, bukan hanya
mengikuti apa yang tertulis dibuku. Jika konsep ini berhasil ditanamkan,
perubahan besar akan terjadi dan kemajuan bangsa akan naik pesat, karena mental
pencipta adalah aset berharga bagi suatu bangsa dan sangat dihargai diseluruh
dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar