Bunga
ini memang tidak begitu indah bentuknya tetapi perjuangan untuk
memperolehnya telah membuatnya sangat berkesan dan indah untuk
diceritakan. Untuk mendapatkannya, kita akan mengalami kepanasan,
kedinginan, kehujanan (bila sedang musim hujan), memasuki hutan yang
lebat, dan menempuh perjalanan yg jauh. Namun, apapun akan dilakukan
untuk melihat dan menikmati bunga EDELWEIS bagi seorang pecinta alam dan
pasti TIDAK AKAN MEMETIKNYA UNTUK DI BAWA PULANG bila mereka menyebut
dirinya sebagai PECINTA ALAM
Anaphalis
javanica, yang dikenal secara populer sebagai Edelweiss jawa (Javanese
edelweiss), adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai
pegunungan tinggi Nusantara. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 m
dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak
melebihi 1 m. Tumbuhan ini sekarang dikategorikan sebagai langka.
Edelweis
merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan
dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang
tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang
secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan
meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang
biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus , sangat disukai oleh
serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu,
lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya.
Jika
tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis
dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik (Myophonus
glaucinus).
Bunga ini
rata-rata berwarna putih–abu-kehijauan dan putih kekuning-kuningan.
Banyak yang mengatakan bahwa ada edelweis yang berwarna ungu, biru, dan
merah. Kebenarannya masih sebuah misteri. Bunga ini tumbuh membentuk
rimbunan kecil di permukanan tanah. Ketika dipetik dan disimpan di
tempat kering dan temperatur ruangan, bunga ini tidak akan berubah warna
seolah-olah ia tetap hidup dan abadi. Inilah keistimewaannya sehingga
ia sering menjadi lambang kecintaan seorang remaja pria terdadap
kekasihnya. Hal ini jugalah yang memancing para pendaki untuk memetik
dan membawanya pulang. Bunga ini tidak akan layu jika sudah dipetik
tetapi bunga ini hanya akan mengering.
Bagian-bagian
edelweiss yang sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk
alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh
para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636
batang yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, yang merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir
tumbuhan ini. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan
kecil yang dipetik, tekanan ini dapat ditoleransi. Di Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru, tumbuhan ini dinyatakan punah.
Bunga
edelweis (Leontopodium alpinum) yang sering disebut-sebut sebagai bunga
abadi tumbuh di tempat terbuka dan lembab yang terdapat di puncak atau
lereng gunung tertentu, seperti Gunung Gede, Malabar, Papandayan,
Cikurai, Guntur, dll. Dalam ilmu botani, bunga tersebut terbentuk secara
alami dari timbunan humus dan memerlukan waktu sedikitnya lima tahun
untuk tumbuh dan berbunga.
Bunga
edelweis jawa ini sudah banyak dibudidayakan oleh para petani di daerah
Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah. Biasanya mereka membudidayakan
dengan cara menanam anakan yang tumbuh dari biji dan tersebar di sekitar
pohon induknya. Paling tidak bunga edelweis ini sebaiknya ditanam di
daerah dataran tinggi lebih dari 1000 m dpl, pada tanah liat berkapur
atau berpasir dengan pH (keasaman tanah) antara 4-7. Dan menyukai sinar
matahari penuh.
Filosofi dan Mitos bunga Edelewis (Anaphalis Javanica)
Filosofi :
Edelweiss
(Leontopodium alpinum), salah satu bunga yang sangat terkenal sebagai
"BUNGA GUNUNG EROPA", sebagai salah satu keluarga BUNGA MATAHARI
(Asteraceae).
Nama
bunga ini berasal dari GERMAN edel (berarti Mulia-noble) dan weiß
(berarti Putih - white). Nama Genusnya Leontopodium berarti "LION'S paw"
atau CAKAR MACAN, sedangkan LEON dari bahasa YUNANI - leon (lion) and
podion ( KAKI, pous, foot).
• Bunga
ini bisa tumbuh mencapai ukuran 3-20cm (dalam perawatan dan pengembangan
bisa mencapai 40cm). Daun yang muncul nampak seperti WOOL karena
tertutup oleh BULU-BULU yang PUTIH.
• Bunga
ini mekar antara bulan JULI dan SEPTEMBER . Dan uniknya penyebaran bunga
ini lebih menyukai daerah berbatu dan berkapur pada ketinggian
2000-2900m.
• Bunga
ini tidak beracun, dan sudah digunakan sebagai obat tradisional untuk
melawan penyakit yang berhubungan dengan perut (pembedahan perut) dan
penyakit yang berhubungan dengan pernapasan.
• Bunga
ini biasanya tumbuh di lokasi yang tidak terjangkau, yang mana ini
banyak terjadi di negara Slovenia dengan pegunungannya . Karena warna
PUTIH-nya maka Switzerland menjadikannya sebagai simbol ke-MURNI-an dan
ke-CANTIK-an, sehingga bangsa ROMANIA menyebutnya sebagai, floarea
reginei (Queen's flower).
Mitos Bunga Edelweis
Edelweis
(kadang ditulis eidelweis) atau Edelweis Jawa (Javanese edelweiss) juga
dikenal sebagai Bunga Abadi yang mempunyai nama latin Anaphalis
javanica, adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai
pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian
maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia walaupun
umumnya tidak melebihi 1 m.
Di
balik keindahan dari bunga edelweis ternyata tersimpan sebuah mitos,
dimana bagi yang memberikan bunga ini kepada pasangannya, maka cintanya
akan abadi. Tidak sedikit para pencinta yang menjadikan bunga abadi ini
menjadi salah satu hadiah spesial bagi pasangannya. Konon, hal itu
dimaksudkan agar cintanya abadi.
Mmm..,
kalau bicara mengenai mitos memang susah, meskipun terkadang itu tidak
masuk akal. Tapi di lain sisi, ketika posisi kita telah menjadi
korbannya, justru sebaliknya, “Mitos mampu mengalahkan sebuah logika dan
keyakinan”. Nggak percaya? Coba deh tanyain ke teman-teman kamu
mengenai hal ini. Atau mungkin diantara kamu memiliki cerita tersendiri
mengenai mitos ini.
Siapa
yang nggak tahu bunga edelweis, atau banyak orang yang memberikan
istilah dengan bunga abadi. Kalau dilihat dari bentuknya bunga ini
sangat cantik, dan di balik kecantikannya itu tersimpan makna ataupun
mitos yang cukup banyak mempercayainya. Butuh perjuangan untuk
mendapatkannya, karena bunga yang satu ini biasanya tumbuh di
puncak-puncak atau lereng-lereng gunung.
Oleh
karena itu kamu bisa membayangkan betapa susahnya untuk bisa memetik si
bunga abadi ini. Orang bilang, “Untuk mendapatkan bunga edelweis yang
indah, maka semakin besar resiko yang dihadapi”, karena nyawa adalah
tantangannya. Mengingat bahwa bunga edelweis telah menjadi bunga yang
langka dxan dilindungi, razia juga salah satu resiko yang harus
ditanggung.
Tapi..,
fenomena yang ada sekarang ini justru mengharuskan kita agar dapat
bijaksana dan membuat benang merah agar bunga edelweis tetap ada sebagai
pelepas dahaga jika seandainya suatu saat kita berdiri di sebuah puncak
yang tinggi, dimana sekeliling kita adalah hamparan bunga abadi ini.
Save Edelweis!
So,
kalau pacar kamu bertanya, “Kenapa kamu (tiba-tiba) nggak suka bunga
edelweis? Bukankah itu bunga abadi yang bisa membuat cinta kita abadi
seperti bunga edelweis?”. Cari alasan lain aja deh, yaa.. mungkin kamu
bisa bilang, “Bunga itu terlalu indah untukku..”, “Aku gak tega
melihatnya, karena hanya bunga ini puncak dan lembah di pegunungan
menjadi indah..”, atau, “Cinta kita akan lebih indah dan abadi jika kamu
memberikan bunga bank..”. Bagi yang percaya bahwa bunga edelweis bisa
membuat cinta kamu abadi, akan lebih bijaksana kalau kamu justru
membiarkan bunga itu tumbuh dan abadi sesuai pada tempatnya.
Kamu
tidak akan pernah mendapatkan cinta abadi (dari sekuntum bunga abadi),
tapi adalah cinta sejati (juga bukan dari sekuntum bunga Edelweis). Dan
kamu justru tidak akan mendapatkan keduanya jika kamu tidak meyakini
bahwa yang sedang kamu rasakan???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar