Mahasiswa sebagai insan
intelektual yang menduduki lapisan kedua dalam masyarakat. Lapisan
pertama adalah rakyat sipil dan lapisan ketiga dalam hal ini adalah pemerintah.
Mahasiswa memiliki peran sebagai penghubung dari kedua lapisan ini. Ilmu, non-political
importance membuat mahasiswa menjadi insan yang berpenglihatan luas
dalam memandang dan mengkritisi segala persoalan bangsa ini dan segala
kebijakan yang ada untuk kepentingan rakyat. Belajar dari sejarah,
perubahan-perubahan besar bangsa ini dimulai oleh mahasiswa. Tahun ’45
perjuangan yang dilakukan oleh Bung Karno dibantu oleh mahasiswa Stovia,
berakhirnya rezim Soeharto dipelopori mahasiswa-mahasiswa yang merasakan bahwa
rakyat tertekan dan terotorisasi dalam negaranya sendiri. Pergerakan mahasiswa
penting untuk control sosial dalam suatu bangsa terhadap pemerintahnya.
Mahasiswa Indonesia harus memiliki cara yang relevan dan intelek dalam
pergerakannya.
Kenapa harus mahasiswa? Mahasiswa memiliki bekal berupa ilmu
untuk memahami fenomena-fenomena yang ada dalam suatu bangsa dan dapat menjelaskannya
secara ilmiah sesuai bidang keilmuan mereka terhadap masyarakat dan
lingkungannya sehingga masyarakat dapat memahami suatu fenomena itu baik atau
buruk, menguntungkan atau merugikan sehingga masyarakat tidak lagi mudah
ditunggangi oleh kepentingan politik kelompok tertentu. Pergerakan mahasiswa
dapat dipahami dalam arti luas. Pergerakan mahasiswa zaman rezim Soeharto,
zaman tuntutan mahasiswa terhadap reformasi, aksi bakar ban, turun ke jalan,
dan blokade lalu lintas sudah tidak lagi menjadi pergerakan mahasiswa yang
relevan untuk masa kita sekarang. Aksi seperti ini bisa saja relevan setelah
adanya kajian, pemahaman yang sekiranya aksi turun ke jalan dirasa perlu, namun
tetap posisinya harus menjadi last option bagi konteks pergerakan mahasiswa.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual bukan lah tipe masyarakat yang langsung
turun ke jalan untuk menyuarakan suara mereka yang belum tentu mereka pahami
apa yang mereka bela dan suarakan. Sudah barang tentu mahasiswa mengkaji
terlebih dahulu permasalahan yang ada sesuai dengan ilmu yang mereka miliki,
pahami, dan jangan sampai seorang mahasiswa tidak memiliki argument yang kuat
dan pemahaman saat mereka melakukan aksi dalam pergerakan
mahasiswa. Bergeraklah sebagai insane intelek sebagai pilihan-pilihan awal
dengan melalui tulisan di media massa, memberikan penyuluhan dalam masyarakat
tentang fenomena-fenomena bangsa ini, dan mengajar karena Bung Karno dan tokoh
nasiona kita lainnya memulai perjuangannya dengan mengajar, tentu saja mengajar
disini memiliki arti dan cakupan yang luas. Ajarkan bangsa ini dan cerdaskan
bangsa ini.
Mahasiswa memiliki kelebihan tersendiri, yaitu mata yang
masih jernih yang belum tertutup berbagai kepentingan tertentu yang
menjadikannya munafik dalam membedakan mana yang baik dan mana yang benar.
Mereka masih muda, cerdas, dan tidak terikat kepentingan politik tertentu
sehingga ideaqlisme mereka terjaga. Mahasiswa pada masa kita sekarang,
sepatutnya tidak lagi melakukan pergerakan dengan cara-cara dramatis seperti
layaknya image yang timbul di masyarakat tentang apa itu pergerakan mahasiswa.
Bagi kaum intelektual ini, langkah yang relevan harus lebih ditujukan pada
pergerakan lewat media massa dengan tulisan, melakukan penyuluhan terhadap
masyarakat, dan langkah lainnya yang sifatnya menyadarkan masyarakat Indonesia
dan membuka mata mereka terhadap segala fenomena kebijakan pemerintah yang ada,
bukan dengan aksi “Chaotic” di jalan-jalan. Mahasiswa sebagai
ujung tombak kebangkitan bangsa ini. Bangsa ini tidak lumpuh, tidak
juga mati. Bangsa ini hanya tertidur dan menunggu untuk dibangunkan. Mahasiswa
bangunkan bangsa kita tercinta dari tidur panjangnya untuk mencengkram dunia.
Sebagai seorang
pembelajar dan bagian masyarakat , maka mahasiswa memiliki peran yang kompleks
dan menyeluruh sehingga dikelompokkan dalam tiga fungsi : agent of change,
social control and iron stock. Dengan fungsi tersebut, tentu saja tidak dapat
dipungkiri bagaimana peran besar yang diemban mahasiswa untuk mewujudkan
perubahan bangsa. Ide dan pemikiran cerdas seorang mahasiswa mampu merubah
paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan menjadikannya terarah sesuai
kepentingan bersama. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan
besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas.
Dan satu hal yang menjadi kebanggaan mahasiswa mahasiswa adalah semangat
membara untuk melakukan sebuah perubahan.
Sebagai agen
perubahan, mahasiswa bertindak bukan ibarat pahlawan yang datang ke sebuah
negri lalu dengan gagahnya sang pahlawan mengusir penjahat-penjahat yang
merajalela dan dengan gagah pula sang pahlawan pergi dari daerah tersebut
diiringi tepuk tangan penduduk setempat.
Mahasiswa bukan hanya
sekedar agen perubahan seperti pahlawan tersebut, mahasiswa sepantasnya menjadi
agen pemberdayaan setelah peubahan yang berperan dalam pembangunan fisik dan
non fisik sebuah bangsa yang kemudian ditunjang dengan fungsi mahasiswa
selanjutnya yaitu social control, kontrol budaya, kontrol masyarakat, dan
kontrol individu sehingga menutup celah-celah adanya kezaliman. Mahasiswa bukan
sebagai pengamat dalam peran ini, namun mahasiswa juga dituntut sebagai pelaku
dalam masyarakat, karena tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa merupakan bagian
masyarakat.
Idealnya, mahasiswa
menjadi panutan dalam masyarakat, berlandaskan dengan pengetahuannya, dengan
tingkat pendidikannya, norma-norma yang berlaku disekitarnya, dan pola
berfikirnya. Namun, kenyataan dilapangan berbeda dari yang diharapkan,
mahasiswa cenderung hanya mndalami ilmu-ilmu teori di bangku perkuliahan dan
sedikit sekali diantaranya yang berkontak dengan masyarakat, walaupun ada
sebagian mahasiswa yang mulai melakukan pendekatan dengan masyarakat melalui
program-program pengabdian masyarakat.
Mahasiswa yang acuh
terhadap masyarakat mengalami kerugian yang besar jika ditinjau dari segi
hubungan keharmonisan dan penerapan ilmu. Dari segi keharmonisan, mahasiswa
tersebut sudah menutup diri dari lingkungan sekitarnya sehingga muncul
sikap apatis dan
hilangnya silaturrahim seiring hilangnya harapan masyarakat kepada mahasiswa.
Dari segi penerapan ilmu, mahasiswa ynag acuh akan menyianyiakan ilmu yang
didapat di perguruan tinggi, mahasiswa terhenti dalam pergerakan dan menjadi
sangat kurang kuantitas sumbangsih ilmu pada masyarakat.
Lalu jika mahasiswa
acuh dan tidak peduli dengan lingkungan, maka harapan seperti apa yang pantas
disematkan pada pundak mahasiswa. Mahasiswa sebagai iron stock berarti
mahasiswa seorang calon pemimpin bangsa masa depan, menggantikan generasi yang
telah ada dan melanjutkan tongkat estafet pembangunan dan perubahan. Untuk
menjadi iron stock, tidak cukup mahasiswa hanya memupuk diri dengan ilmu
spesifik saja. Perlu adanya soft skill lain yang harus dimiliki mahasiswa
seperti kepemimpinan, kemampuan memposisiskan diri, interaksi lintas generasi
dan sensitivitas yang tinggi. Pertanyaannya, sebagai seorang mahasiswa, apakah kita
sudah memiliki itu semua ?
Maka komplekslah
peran mahasiswa itu sebagai pembelajar sekaligus pemberdaya yang ditopang dalam
tiga peran: agent of change, social control, and iron stock. Hingga suatu saat
nanti, bangsa ini akan menyadari bahwa mahasiswa adalah generasi yang
ditunggu-tunggu bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar