Perlu kita ketahui bahwa pemelajaran
sastra pada anak sangat lah penting bagi anak,sebelum melangkah lebih jauh
tentang pentingnya pembelajaran sastra bagi anak,alangkah lebih baik
apabila menjelaskan penertian satra
terlebih dahulu.
Sastra (Sanskerta: shastra)
merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti teks yang
mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti instruksi
atau ajaran dan ‘Tra’ yang berarti alat atau sarana. Dalam bahasa Indonesia
kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis
tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Dari pengertian diatas kita sudah
tahu bahwa pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
mengapresiasi karya sastra. yang berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan,
penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan
lingkungan hidup dengan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.
Kalau tadi kita menjelaskan mengenai
sastra,sekarang akan dibahas tentang satra anak,perlu kita ketahui bahwa Sastra
anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan
berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia
antara 6-13 tahun karena sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan
berdasarkan pada fakta.dan hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan
alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa.
Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang
dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
Dari penjelasn diatas kita bisa tahu
betapa pentingnya sastra bagi anak anak,karena anak anak cenderung menggunakan
bahasa imajinasi di banding fakta,sehingga Sastra anak berfungsi untuk media
pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan
emosi anak yang memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak,
mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan
praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa
bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika
dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin
sehingga menuntun kecerdasan emosinya.
Setelah kita mengetahui pengertian
dan fungsi pembelajaran sastra pada anak,saya juga akan menjelaskan tujuan dari
pembelajaran sastra pada anak,adapun tujuan pembelajaran sastra anak di Sekolah
Dasar lebih diarahkan pada kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi
sastra. Pelaksanaannya, pembelajaran sastra dan bahasa dilaksanakan secara
terintegrasi. Sedangkan pengajaran sastra, ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra.tujuannya
dapat di simpulkan menjadi empat tujuan,diantaranya:
1. menumbuhkan kesenangan pada buku.
Dengan memberikan waktu yang banyak
kepada siswa untuk membaca dan memberikan banyak buku di kelilingnya dengan
buku yang menarik untuk di baca,maka secara tidak langsung anak akan senng
membaca buku dan membolak balikan buku itu dengan membacanya.
2. menginterpretasi bacaan sastra.
Siswa pun perlu memiliki kesempatan
untuk mendapatkan pengalaman yang mendalam dengan buku-buku. Guru dan siswa
dapat membicarakan tentang makna pribadi yang mungkin terdapat pada suatu cerita
untuk kehidupannya sendiri
3. mengembangkan kesadaran bersastra.
Selama siswa berada di sekolah dasar
mereka mengembangkan pemahaman mengenai bentuk sastra yang berasal dari
berbagai aliran sedikit demi sedikit. Mereka sudah dapat membedakan bentuk
prosa dan puisi, fiksi dan nonfiksi, antara realisme dan fantasi, tetapi tidak
dengan istilah-istilah tersebut
4. mengembangkan apresiasi
tahap urutan dan perkembangan yang
ada dalam pertumbuhan apresiasi tahap kenikmatan yang tidak sadar,tahap
apresiasi yang masih ragu-ragu atau berada antara tahap kesatu dan ketiga, dan tahap
kegembiraan secara sadar.
Pembelajara sastra pada anak juga
membutuhkan bahan atau alat yang digunakan,agar bias mempermudah guru dalam
menyampaikan pembelajarannya.salah satunya dengan menggunakan Buku sastra
anak-anak,yang tidak dibatasi oleh pengarangnya anak-anak atau orang dewasa,
tetapi lebih ditekankan pada apa yang ditulisnya. Adapun tugas guru dan orang
tua dalam memilih buku sastra anak-anak adalah melakukan penelitian lebih rinci
terhadap unsur-unsur yang lazim ada dalam setiap bacaan cerita (fiksi) yang
meliputi:
a. Alur,yang merupakan benang merah yang menjalin
serta merangkaikan susunan cerita menjadi terpadu sate sama lain dan membuat
pembaca penasaran ingin terus membacanya hingga selesai
b. Latar
cerita,yang merupakan lingkungan
yang dapat dianggap berfungsi sebagai metonimia, atau metafora, ekspresi dari
tokohnya. Dalam karya fiksi, latar bukan hanya berfungsi sebagai latar yang
bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis
c. Tema
cerita,Yang harus
segera diperiksa dalam tema buku sastra anak-anak adalah sejauh mana tema
cerita itu berorientasi dan dilandasi oleh nilai-nilai etik yang terpuji secara
universal. Ini penting diperhatikan, mengingat periode psikologis anak-anak
yang sedang menjalani proses pembentukan diri dan identifikasi diri.
d. Tokoh
Cerita,anak -anak
biasanya menyukai tokoh-tokoh yang berani, cerdik dan perkasa. Kreatifitas
pengarang buku sastra anak-anak selalu diuji untuk menciptakan tokoh-tokoh
fantasi yang unik tapi terpercaya.
e. Gaya Cerita,Dalam karya fiksi,merupakan cara
seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang
indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat
menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.
f. Sudut
Pandang Cerita,adalah
cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya.
g. Ilustrasi
dan Format Buku,adalah
gambar-gambar yang menyertai cerita dalam buku sastra anak Kebanyakan dan buku
sastr anak-anak menggunakan ilustrasi untuk daya tariknya. Buku-buku yang tidak
ada ilustrasinya, itu kurang cocok untuk dijadikan buku bacaan anak-anak.
Kehadiran ilustrasi untuk buku anak-anak menjadi keharusan apalagi untuk
anak-anak prasekolah.
B.
Genre Sastra Anak
Sebagaimana halnya
dalam sastar dewasa, sastra anak juga mengenal apa yang disebut genre, maka
pembicaraan tentang genre sastra anak juga perlu dilakukan. Genre dapat
dipahami sebagai suatu tipe kesusastraan yang memiliki perangkat karakteristik
umum ( Lukens, 2003 : 13). Bahwa dalam sebuah genre sastra terdapat sejumlah elemen
diantaranya :
1.
Realisme, dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang di
ksahkan itu bisa saja ada dan terjadi. Peristiwa dan jalinan peristiwa yang
dikisahkan masuk akal, logis. Cerita mempresentasikan berbagai peristiwa, aksi
dan interaksi, yang seolah-olah memang benar, dan penyelesainnya masuk akal dan
dapat dipercaya. Jadi karakteristik umum cerita realisme adalah narasi
fiksional yang menampilkan tokoh dan karakter yang menarik yang dikemas dalam
latar tempat dan waktu yang dimungkinkan. Ada beberapa cerita yang dikategorikan
ke dalam realisme yaitu : Cerita Realistik, realisme binatang, realisme
historis, dan cerita olahraga.
2.
Fiksi Formula,Genre ini sengaja disebut sebagai fiksi formula,
karena memiliki pola-pola tertentu yang membedakannya dengan jenis ynag lain.
Walau hal itu tidak mengurangi orisinilitas cerita yang dikreasikan oleh
penulis, keadaan itu mau tidak mau merupakan sesuatu yang bersifat
membatasi.Jenis satra anak yang dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah :
Cerita misteri dan detektif, cerita romantis, dan novel serial.
3.
Fantasi,dapat dipahami sebagai “the willing suspension of
disbelief ” (Coleridge, via Lukens, 1999 : 20), cerita yang menawarkan
sesuatu yang sulit diterima. Fantasi serimh juga disebut sebagai cerita fantasi
“Library fantasi” dan perlu dibedakan dengan cerita rakyat fantasi
“folk fantasy” yang tidak pernah siapa penulisnya, mencoba menghadirkan
sebuah dunia lain “Other World” di samping dunia realitas. Cerita
fantasi dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima sehinggga
sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca. Jenis sastra anak yang
dapat dikelompokkan ke dalam fantasi ini adalah : Cerita fantasi, fantasi
tingkat tinggi, dan fiksi sain.
4.
Sastra Tradisional,Istilah “tradisional” dalam kesusatraan (tradisional
literature atau folk literature) menunjukkan bahwa bentuk
itu berasal dari cerita yang ang telah mentradisi, tidak diketahui kapan
mulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan secara turun-temurun secara
lisan. Berbagai cerita tradisional tersebut ini telah banyak yang dikumpulkan,
dibukukan, dan dipublikasikan secara tertulis antara lain dimaksudkan agar
cerita itu tidak hilang dari masyarakat. Jenis cerita yang dikelompokkan
ke dalam genre ini adalah : fable, dongeng rakyat, mitologi, legenda dan epos.
5.
Puisi,Sebuah bentuk sastra disebut puisi jika di dalamnya
terdapat pendayagunaan berbagi unsure bahasa untuk mencapai efek keindahan.
Bahasa puisi tentulah singkat dan padat, dengan sedikit kata, tetapi dapat
mendialogkan sesuatu yang lebih banyak. Genre puisi anak dapat berbentuk
puisi-puisi lirik tembang-tembang tradisional, lirik tembang nina bobo, puisi
naratif dan puisi personal.
6.
Nonfiksi,Apakah buku nonfiksi dapat dikategorikan sebagai salah
satu genre anak ? Lukens juga mengemukakan asebagian orang yang bersifat purists. Namun
pada kenyataanya terdapat sejumlah buku bacaan nonfiksi yang ditulis dengan
kadar artistic yang tinggi, dengan memperhitungkan pencapaian efek estetik
lewat pemilihan unsure-unsur stile secara tepat. Bacaan nonfiksi yang ditulis
secara artistic sehingga jika dibaca oleh anak, anak kan memperoleh pemahaman
dan sekaligus senang. Ia akan membangkitkan pada diri anak perasaan keindahan
yang berwujud efek emosional dan intelektual. Bacaan nonfiksi dapat
dikelompokkan ke dalam subgenre buku informasi dan boigrafi.
7.
Pengembangan Genre yang diusulkan,Genre pembagian Lukens di atas
cukup rinci. Tapi kesan adanya tumapng tindih tidak dapat dihindari, dan itu
dapat dijadikan salah satu keberatan. Sebuah karya sastra tertentu dapat
dimasukkan ke dalam dua genre yang berbeda dengan mempergunakan criteria yang
ada. Di bawah ini dikemukakan pembagian genre sastra anak berdasarkan analogi
pembagian jenis sastra dewasa dengan memanfaatkan pembagian Lukens. Genre
sastra anak cukup dibedakan ke dalam : Fiksi, nonfiksi, puisi, sastra
tradisional, dan komik.
8.
Kontribusi Sastra Anak,Sastra anak diyakini memiliki kontribusi
yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju ke kedewasaan
sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang jelas. Kepribadian atau jati diri
seorang anak dibentuk dan terbentuk lewat lingkungan baik diusahakan secara
sadar maupun tidak sadar. Yang dimaksud dalam lingkungan sangat luas
wilayahnya. Mulai dari kebiasaan, tingkah laku, contoh : lain-lain yang
diberikan orang tua, pendidikan yang sadar dan terencana dilakukan di lembaga
sekolah, sampai adapt-istiadat dan lain sebagainya.
Nilai nilai yang
terkandung dari sastra anak diantaranya:
1. Nilai Personal.
a.
Perkembangan Emosional.
Anak usia dini yang
belum dapat berbicara, atau barui ada dalam tahap perkembangan bahasa satu kata
atau kaliamt dalam dua tiga kata, sudah ikut tertawa ketika diajak bernyanyi
bersama sambil bertepuk tangan. Anak tampak menikmati lagu-lagu bersajak ritmis
dan larut dalam kegembiraan. Hal itu dapat dipahami bahwa sastra lisan yang
berwujud puisi-lagu tersebut dapat merangsang emosi anak untuk bergembira.
b.
Perkembangan Intelektual.
Lewat cerita, anak
tidak hanya memperoleh “kehebatan” kisah yang menyenangkan dan memuaskan
hatinya. Cerita menmapilkan urutan kejadian yang mengandung logika pengurutan,
logika pengaluran. Logika pengaluran memperlihatkan hubungan antar peristiwa
yang dipeni oleh tokoh baik protagonist maupun antagonis. Hubungan yang
dikembangkan dalam pengembangan alur pada umumya berupa hubungan sebab akibat,
artinya : sutu peristiwa terjadi akibat atau mengakibatkan terjadinya peristiwa
yang lain.
c.
Perkembangan imajinasi.
Berhadapan dengan
sastra, baik itu yang berwujud suara maupun tulisan, sebenarnya kita lebih
berurusan dengan masalah imajinasi. Sesuatu yang abstrak yang berada di dalam
jiwa, sedang secara fisik sebenarnya tidak terlalu berarti. Bagi anak usia dini
yang belum dapat membaca dan hanya dapat memahami sastra lewat orang lain, cara
penyampainnya masih sangat berpengaruh sebagaimnaa halnya orang dewasa
mengapresiasi poetry reading atau deklamasi.
d.
Pertumbuhan Rasa Sosial
Bacaan cerita
mendemontrasikan bagaimana tokoh berinteraksi dengan sesame dan lingkungan.
Bagaiaman tokoh itu saling berinteraksi untuk bekerjasama, saling membantu,
bermain bersama, dan lain sebagainya. Orang yang hidup di tengah masyarakat
tidak mungkin berada dalam keadan terisolasi tanpa berhubungan dengan orang
lain.
e.
Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius.
Selain penunjang pertumbuhan
dan perkembangn unsure emosional, intelektual, imajinasi, dan rasa social,
bacaan cerita sastra juga berperan dalam mengembangkan aspek personalitas yang
lian, yaitu rasa etis dan religius. Demontrasi kehidupan yang secar konkret
diwujudkan dalam bentuk tingkah laku tokoh, di dalamnya juga terkandung tingkah
laku yang menunjukkan sikap etis dan religius.
2. Nilai Pendidikan
a. Eksplorasi dan Penemuan.
Ketika membaca cerita,
pada hakikatnya anak dibawa untuk melakukan sebuah eksplorasi, sebuah
penjelajahan, sebuah petualangan imajinatif, ke sebuah dunia relative yang
belum dikenalnya yang menawarkan berbagai pangalaman kehidupan. Petualangan ke
sebuah dunia yang menawarkan pengalman baru yang menarik, menyenangkan,
menenangkan dan memuaskan
b. Perkembangan Bahasa,Sastra.
sebuah
karya seni yang bermediakan bahasa, maka aspek bahasa memegang peran penting di
dalamnya. Sastra tidak lain adalah suatu bentuk permainan bahasa dan dalam
genre puisi unsure permainan tersebut cukup menonjol. Bahasa dipergunakan untuk
memahami dunia yang ditawarkan, sekaligus sastra juga berfungsi
meningkatkan kemampuan berbahasa anak, baik menyimak, membaca, emnulis,
berbicara.
c.
Pengembangan Nilai Keindahan.
Ketika anak berusia
1-2 tahun dininabobokkan dengan nyanyian, dengan kata-kata yang bersajak dan
berirama indah. Anak sebenarnya belum dapat memahami makna dibalik kata-kata
itu, tetapi sudah dapat merasakan keindahannya.
d.
Penanaman Wawasan Multikultural.
Berhadapan dengan
bacaan sastra, anak dapat bertemu dengan wawasan budaya berbagai kelompok
social dari berbagai belahan dunia. Lewat sastra dapat dijumpai berbagai sikap
dan perilaku hidup yang mencerminkan budaya suatu masyarakat yang berada dengan
masyarakat lain.
e.
Penanaman Kebiasaan Membaca.
Kata-kata bijak yang menyatakan bahwa buku adalah jendela ilmu pengetahuan,buku adalah jendela untuk melihat dunia, menemui relevansiinya yang semakin kuat dalam abad informasi. Adanya arus globalyang melanda dunia dan yang mengandaikan dapat diikuti dengan baik jika orang mau membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar