Mengapa anak (manusia) perlu dan harus dididik?
Sama halnya juga dengan mengapa anak (manusia) harus belajar? Agaknya kita
perlu sependapat bahwa di dunia ini tidak ada makhluk hidup yang baru
dilahirkan sangat tidak berdaya seperti bayi manusia. Sebaliknya, tidak ada
makhluk lain di dunia ini yang setelah dewasa mampu menciptakan apa yang telah
diciptakan manusia dewasa. Jika bayi yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan
dari manusia dewasa yang lain, tidak belajar, maka tidak selamatlah ia. Ia
tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh
manusia, begitu juga dengan makhluk yang lainnya. Setiap anak (manusia) membawa
naluri dan potensi yang berbeda-beda dari awal ia dilahirkan. Naluri dan potensi-potensi
tersebut perlu dikembangkan untuk kelangsungan hidupnya, karena manusia adalah
makhluk sosial dan budaya berbeda dengan hewan. Manusia mempunyai kewajiban
untuk terus dan selalu belajar kapanpun dan dimanapun ia berada. Belajar disini
tidak hanya berpacuan kepada kegiatan menulis atau membaca di Sekolah, tapi
belajar disini adalah bagaimana kita bisa menghargai waktu yang kita miliki
untuk dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
Seringkali kita berpendapat bahwa anak yang pintar adalah anak yang mampu
menyelesaikan soal fisika atau matematika di kelas, dapat menghafal pelajaran
sejarah dengan baik, atau anak yang mendapat nilai 10 dalam ulangan biologi. Tapi
bagaimana dengan anak yang susah menghafal, tidak bisa menghitung, tapi ia pandai
memainkan alat musik piano, apakah ia berarti tidak pintar? Apakah itu hanya
merupakan bakat? Keseimbangan otak kanan dan otak kiri perlu kita perhatikan
dalam permasalahan ini. Bukan berarti yang bisa menghitung yang bisa disebut pandai
dan yang bisa bermain piano yang mempunyai bakat.
Setiap individu manusia masing-masing mempunyai 3 sistem otak di dalam tubuhnya.
Ada otak kanan, otak tengah, dan otak kiri. Masing-masing mempunyai peran dan fungsi
yang berbeda. Otak kanan merupakan otak yang mengatur sistem dalam tubuh kita
mengenai keahlian atau kepandaian kita dalam bidang keindahan dan fisik, seperti
kemampuan atau selera kita dalam bidang seni musik, seni tari, seni lukis,
olahraga, menulis cerpen, dan lain sebagainya. Untuk pengembangan intelektual
otak kanan ini di beberapa negara maju telah dikhususkan untuk pengembangannya.
Seperti sekolah-sekolah seni musik, tari, dan lain-lain, namun tetap
menyetarakan level atau tingkatannya dengan sekolah-sekolah formal biasa. Tidak
ada perlakuan sebelah mata terhadap siswa yang lebih unggul dalam pengembangan
otak kanan daripada otak kiri, justru sebaliknya, sekolah-sekolah tersebut bisa
menghasilkan kesuksesan. Terbukti dengan terlahirnya atlet-atlet dan
musisi-musisi international yang menghasilkan banyak prestasi, karena sukses
itu dilihat ketika ia bisa memberi apa bukan ketika ia mendapat rangking berapa
di kelas. Salah satu ciri dari pengguna sistem ini adalah ia kurang berminat
untuk mendapatkan nilai lebih dari gurunya di kelas dan terlihat lebih santai.
Selanjutnya adalah otak tengah, bagaimana dengan pengendalian sistem ini, apakah
sama dengan pengendalian sistem otak kanan? Tentu tidak. Sampai saat ini tidak
banyak orang yang faham mengenai sistem pengendalian otak tengah ini, bahkan
mungkin masih ada yang belum mengetahui tentang keberadaan otak tengah ini
dalam tubuh kita. Otak tengah merupakan intelektual atau kemampuan yang bisa
kita kembangkan taraf dan kegunannya. Manusia yang bisa menggunakan otak tengah
ini selalu berpikir out the box (di luar kebiasaan). Bagaimana seseorang
dapat menebak berapa jumlah pensil dalam tempat pensil dalam keadaan mata
tertutup, dapat melepas borgol di tangannya tanpa bantuan alat apapun, dan lain
sebagainya. Sama halnya dengan otak kanan, otak tengahpun di beberapa negara
maju telah diperhatikan keberadaannya, dengan didirikan sekolah-sekolah khusus
untuk pengaktifan sistem otak tengah. Karena otak tengah ini membutuhkan
rangsangan tersendiri untuk pengaktifannya, itu sebabnya tidak semua orang mempunya sistem otak ini. Tapi ternyata yang
sebenarnya adalah setiap manusia memiliki sistem otak tengah, hanya saja kita
belum mengaktifkannya sehingga kemampuan dari sistem ini seperti tidak kita
miliki. Karena sistem ini membutuhkan pengaktifan khusus atau tersendiri. Terakhir
adalah sistem otak kiri. Bagaimana kita bisa mengetahui kemampuan kita ada
disini? Otak kiri merupakan sistem yang mengatur kita dalam bidang akademik. Seperti
kecepatan dalam menghafal pelajaran, menghitung, dan lain sebagainya. Beruntung
karena banyak orang terutama orang awam menganggap manusia yang mempunyai kemampuan
disistem ini merupakan itulah manusia yang pandai. Meskipun sebenarnya tidak
demikian.
Ada beberapa cara untuk kita mengetahui sebanyak atau sejauh apa kemampuan
intelejensi kita. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti tes IQ. Pertanyaan-pertanyaan
pada tes tersebut tidak memihak pada salah satu sistem otak saja. Otak kanan,
otak tengah, atau kiri. Tapi pertanyaan-pertanyaan tersebut menyeimbangkan pada
semua kemampuan. Biasanya setiap anak (manusia) memiliki satu kehlian atau
kemampuan khusus yang menjadi tolak ukur kesuksesannya, entah itu dari pengendalian
sistem otak kanan, otak tengah, atau otak kiri. Semua sistem ini membutuhkan pengolahan
yang tepat untuk terus digali dan ditambah tingkatannya. Kesalahan yang paling
sering dilakukan manusia adalah cepat berpuas diri, kesalahan ini diperparah
dengan anggapan bahwa dirinya mempunya pribadi yang baik, bahkan sangat baik.
Anggapan seperti ini tentu tidak sepenuhnya salah, sifat yang fitriyah jika
kita menganggap pribadi kita baik, mengumbar kebahagiaan, dan merasa sedih jika
kecewa, namun untuk meminimalisir atau mengurangi hal-hal tersebut, dibutuhkan pembelajaran
yang lebih pada diri kita. Baik ilmu yang diserap untuk jasmani melalui tiga
sistem otak tersebut ataupun ilmu yang diserap untuk rohani melalui pendalaman
ilmu agama dan kepercayaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar