Banyak yang mengira, filsafat adalah
ilmu yang bertujuan mencari Tuhan, menerawang sesuatu secara metafisis, dan
lain-lain. meskipun itu tidak sepenuhnya salah, namun sebenarnya, esensi
filsafat adalah mencari kebenaran. Sejak permulaan peradaban manusia, hakikat
manusia adalah menuangkan gagasan, pikiran, dan rumusan (ide) untuk mencari
kebenaran, yang digunakan sebagai cara manusia memandang bagaimana hidup yang
seharusnya (bertahan hidup).
Namun di zaman modern saat ini,
filsafat seringkali mengeritik seperti apa kebenaran itu. Namun, sebenarnya
kebenaran sudah dikritik para filsuf dari segala cabang pada zaman klasik. Di
zaman Klasik, ada yang memandang kebenaran sebagai suatu fakta yang tak perlu
dikritik (absolut), ada yang memandang justru fakta hanya sebuah interpretasi dari
berbagai perspektif (relatif) dan kecenderungan kosong (nihil), ada yang
memandang kebenaran hanya ilusi dari realita yang sesungguhnya (mistik).
Menurut Harold H. Titus, filsafat
adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan
ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk
keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan
kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan bahwa
Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat
memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun
dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya
bahwa filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati,
sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran)
itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara
kerja manusia yang lain.
Kebenaran dalam arti yang
sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan
satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya
seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni
tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam,
atau pun kebenaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa esensi filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam
logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat
keaslian).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar