Perbuatan baik itu tidak
perlu dilihat siapa pelakunya, yang terpenting apa yang telah dilakukan
memberikan manfaat, kadang menjadi subjektif ketika tahu pelakunya, meski pun
perbuatannya baik, tapi tidak suka sama pelakunya, maka tetap saja perbuatan
baiknya dianggap tidak baik.
Menghargai
perbuatan baik sangatlah dibutuhkan kearifan dan jiwa besar, karena penjahat
sekali pun masih memiliki sisi baik dan bisa saja berbuat kebaikan, apalagi
orang-orang yang memiliki jejak rekam baik. Sekarang, terlalu banyak isu
negatif yang bertebaran di sosial media, sehingga seakan-akan tidak ada lagi
perbuatan baik di muka bumi ini, yang anehnya lagi perbuatan yang tidak baik
oleh sekelompok massa malah dibela, hanya atas dasar kesamaan.
Sebaliknya
orang-orang yang malah ingin berbuat kebaikan untuk kepentingan orang banyak
dihujat dan dicela, semua hanya dikarenakan melihat siapa orangnya, bukan apa
niat dan perbuatan baik yang akan dia lakukan. Rasa kebencian lebih mengemuka
dibandingkan kesukaaan, padahal kebaikan itu bisa dilakukan oleh siapa saja,
bukanlah karena suku, agama dan ras.
Perbuatan
baik itu menjadi subjektif, ketika kita lebih melihat siapa yang melakukannya,
seharusnya kalaupun kita tidak suka terhadap orangnya, bukan berarti kita pun
harus mengabaikan kebaikan yang dilakukannya, apalagi jika niat dan perbuatan
baiknya tersebut untuk kepentingan orang banyak. Sangat bijak kalau melihat
yang demikian itu kita mempertanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita mampu
melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukannya.
Lihatlah
perang hujatan di sosial media saat ini sudah sangat memprihatinkan, sudah
tidak mengenal batas dan norma agama. Semua hanya dikarena keberpihakan dan
rasa simpati kepada tokoh dan kelompok yang didukung, sehingga yang dibela pun
seperti sudah diyakini sebagai mewakili kebenaran yang sesungguhnya, dan pihak
lawan meski pun melakukan kebenaran dan perbuatan baik, tetap saja dianggap
melakukan kesalahan.
Apa
susahnya menganggap perbuatan baik sebagai sebuah kebaikan, bukankah hal
tersebut berdampak baik bagi diri kita sendiri, sehingga kita mampu mengelola
mana pikiran yang negatif dan mana pikiran yang positif, dan kebaikan lain yang
bisa didapat, setiap hari, setiap waktu, pikiran kita tidak melulu diisi dengan
pikiran negatif. Kalau kepala dan pikiran hanya diisi dengan hal-hal yang
negatif, lambat laun akan mengidap penyakit hati yang akut, kalau sudah begitu
akan sulit untuk disembuhkan.
Mengapresiasi
hasil perbuatan baik orang lain itu adalah kerendahan hati, dan itu tandanya
kita memiliki hati yang sehat, kalau hati sehat maka pikiran-pikiran bijak pun
senantiasa akan mengisi ruang kepala. Sebaliknya sikap yang senantiasa mencela,
hanya akan mengotori rongga kepala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar