Kamis, 12 Januari 2017

Teman Sebaya dalam Pendidikan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kelompok sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat (anonim,2002:1164),sementara dalam Mu’tadin (2002:1) menjelaskan bahwa kelompok sebaya adalah kelompok orang-orang yang seumur dan mempunyai kelompok sosial yang sama,seperti teman sekolah atau teman sekerja. Hartup dalam Santrock (1983:223) mengatakan bahwa kelompok sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia dan kedewasaan yang sama. Akan tetapi kelompok sebaya lebih ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologi.
   Pada masa ini pengaruh teman sebaya sangat berperan. Remaja mendefinisikan dirinya tidak hanya dengan menggunakan standar yang ada pada dirinya tapi juga melibatkan pihak di luar dirinya, teman sebaya. Mengapa bukan orang dewasa?menurut Horrocks dan Benimoff (67) menjelaskan mengenai pengaruh teman sebaya pada masa remaja ini ; kelompok sebaya merupakan dunia nyata tempat para remaja menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya inilah ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya untuk dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari. Di luar dirinya, remaja sangat memperhatikan nilai-nilai yang berlaku pada lingkungan sebayanya ; misalnya dalam hal berpakaian, berperilaku, bergaul dan berpikir. Dunia teman sebaya menjadi ajang pembanding dan bereksplorasi untuk mendapatkan informasi mengenai pembentukan identitas dirinya.
                       Teman sebaya mampu memberikan nilai positif pada remaja tersebut dengan memberikan informasi-informasi mengenai pembandingan identitas dirinya. Remaja yang pandai menempatkan dirinya pada lingkungan teman sebaya yang baik dapat mengembangkan identitas dirinya kearah yang positif.
            Dalam konteks pendidikan, teman sebaya ditemui di sekolah. Age grading akan terjadi meskipun sekolah tidak membagi kelas berdasarkan umur dan anak dibiarkan menentukan sendiri komposisi masyarakat mereka (Santrock, 2010). Teman sebaya tidak hanya ditemui dalam pergaulan di lingkungan rumah namun juga dapat ditemui di sekolah serta di sekolah lah anak-anak (remaja) banyak pula menghabiskan waktunya. Dalam pergaulan teman sebaya di sekolah khususnya di kelas, remaja usia sekitar SMP dan SMA biasanya terjadi ‘seleksi’ teman-teman baik yang di senangi dan tidak di senangi. Hal tersebut di dukung dengan kepribadian remaja tersebut, namun apakah yang terjadi dengan kepribadian remaja tersebut bila ia di klasifikasikan ke dalam teman yang di senangi dan tidak di senangi?tentu akan memberi dampak yang berbeda. Remaja yang banyak di senangi oleh teman-temannya akan lebih bisa mengembangkan sikap kecerdasan sosialnya dan berperilaku empati. Sementara remaja yang di kucilkan, dia akan menampilkan perilaku agresi dan implusif. Ini berarti dampak dari seleksi tersebut dapat mempengaruhi perkembangan identitas remaja. Selain itu, biasanya akan terbentuk kelompok-kelompok kecil khusus atau ‘klik’. Identitas kelompok dengan klik ini bisa mengaburkan identitas personal individu (Santrock, 2010). Aturan-aturan yang berlaku dalam kelompok sebayanya, tak jarang membuat remaja mengikuti keinginan kelompok meskipun ia tidak suka. Misalnya, dalam hal negatif adalah mabuk-mabukan, geng motor dan narkoba. Sementara untuk hal positifnya, belajar bertanggung jawab dan berempati.
            Sekolah bisa menjadi fasilitator dalam membantu perkembangan dan pembentukan identitas remaja tersebut melalui teman-teman sebaya nya. Sekolah dapat menjadi pengontrol pergaulan remaja di sekolah, misal mengambil ranah SMP yang merupakan masa-masa yang rawan bagi seorang remaja. Namun, ini bukan berarti sekolah menjadi berhak untuk mengatur seorang remaja perlu bergaul dengan remaja tertentu. Sekolah dapat mengembangkan sikap bersahabat dalam pengadaan kegiatan yang mendidik ; belajar kelompok dan penyuluhan mengenai pergaulan remaja. Pada masa ini, seorang remaja bisa menjadi memposisikan dirinya menjadi lawan dari aturan-aturan orang dewasa bila ia merasa terlalu di atur..
            Pengaruh teman sebaya dalam pengembangan dan pembentukan identitas dirinya tidak bisa dianggap tidak penting karena dengan teman sebayalah biasanya remaja banyak menghabiskan waktunya untuk saling bertukar informasi tentang dunia luarnya. Hal ini, akan berpengaruh pada pemikiran remaja dalam mengembangkan siapa dirinya, apa yang harus saya lakukan untuk menjadi seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar