Kamis, 12 Januari 2017

Filsafat Pendidikan (Realisme)


A.      ONTOLOGI
Realisme adalah reaksi terhadap keabstrakan dan ”kedunia-lainan” dari filsafat idealisme. Titik tolak utama realisme adalah bahwa objek-objek dari indera muncul dalam bentuk apa adanya ( Knight, 2007:81). Realisme adalah suatu aliran filsafat yang luas yang meliputi materialisme disatu sisi dan sikap yang lebih dekat kepada idealisme objektif di pihak lain. Realisme adalah pandangan bahwa objek-objek indera adalah riil dan berada sendiri tanpa bersandar kepada pengetahuan lain atau kesadaran akal. Diketahuinya atau menjadi objek pengalaman, tidak akan mempengaruhi watak sesuatu benda atau mengubahnya. Benda-benda ada dan kita mungkin sadar dan kemudian tidak sadar akan adanya benda-benda tersebut, tetapi hal itu tidak mengubah watak benda-benda tersebut. Benda-benda atau bojek memang mungkin memiliki hubungan dengan kesadaran, namun benda-benda atau objek tersebut tidak diciptakan atau diubah oleh kenyataan bahwa ia diketahui oleh subjek ( Titus, 1984:335-336 ).
Aliran Realisme dalam filsafat bersanding dekat dengan aliran Idealisme meski dalam posisi yang dikotomik. Dalam pengertian filsafat, realisme berarti anggapan bahwa objek indera kita adalah real: benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannnya dengan pikiran kita ( Titus, 1984:328 ). Realisme menegaskan bahwa sikap common sense yang diterima orang secara luas adalah benar, artinya bahwa bidang alam atau objek fisik itu ada, tak bersandar kepada kita, dan bahwa pengalaman kita tidak mengubah fakta benda yang kita rasakan.
Realisme dalam filsafat terdiri dari beberapa jenis, mulai dari personal realisme, realisme Platonik atau konseptual atau klasik Asumsi yang dipakai adalah bahwa yang riil itu bersifat permanen dan tidak berubah sehingga ide atau universal adalah lebih riil daripada yang individual. Selain itu muncul pula jenis realisme yang lebih menarik yang diwakili oleh Aristoteles menurutnya dunia yang riil adalah dunia yang dirasakan sekarang, dan bentuk serta materi tak dapat dipisahkan. Realitas justru terdapat dalam benda-benda kongkrit atau dalam perkembangan benda-benda itu ( Titus, 1984:331).
Dalam filsafat pendidikan Realisme mendefinisikan dirinya sebagai aliran filsafat pendidikan dengan basis dasar 3 kategori metafisika dan epistemologi bahwa dunia luar berdiri tanpa tergantung keberadaan kita, realitas dapat diketahui melalui pikiran manusia. (Ornstein, 1985:191).

B.       EPISTEMOLOGI
Aliran realisme menyatakan bahwa pengetahuan seseorang diperoleh lewat sensasi dan abstraksi. Sensasi dalam hal ini adalah digunakannya panca indera manusia untuk menemukan pengetahuan bagi dirinya. Melalui panca inderanya maka manusia dapat menangkap berbagai macam objek riil di luar dirinya dan kemudian dilanjutkan dengan proses abstraksi, yaitu proses pengambilan kesan-kesan umum sehingga kesan ini kemudian disimpan dalam kesadaran seseorang.
Epistemologi Realis ini berbeda dengan epistemologi Idealis yang mengatakanbahwa mengetahui berarti memikirkan kembali gagasan-gagasan yang sudah dimiliki dan tersembunyi sehingga pengetahuan manusia bersifat apriori. Realisme justru menyatakan bahwa pengetahuan manusia lebih banyak bersifat a posteriori, karena pengetahuan diperoleh dari perjumpaan sumber dengan objek. Dari pertemuan antara subjek dan objek yang diamati itulah lahir pengetahun mengenai objek yang dimaksud.
Dalam membangun ilmu pengetahuan, realisme memberikan teori dengan metode induksi empiris. Gagasan utama dari realisme dalam konteks pemerolehan pengetahuan adalah bahwa pengetahuan didapatkan dari dual hal, yaitu observasi dan pengembangan pemikiran baru dari observasi yang dilakukan. Tradisi realisme mengakui bahwa entitas yang bersifat abstrak dapat menjadi nyata (realitas) dengan bantuan symbol-simbol linguistik dan kesadaran manusia. Gagasan ini sejajar dengan filsafat modern dari pendekatan pengetahuan versi Kantianism fenonomologi sampai pendekatan structural.
Realisme melihat adanya hubungan dealektik antara realitas subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak namun di pihak lain ada realitas lain yang berada di luar dirinya sebagai sesuatu yangt dijadikan objek pengetahuan. Sebuah pengetahuan baru dapat dikatakan benar apabila ada kesesuaian dengan dunia faktual, dapat diamati, dan bersifat substantif. Aliran ini menekankan, bahwa sesuatu dikatakan benar jika memang riil dan secara nyata memang ada.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, pertama yaitu; subjek sebagai realitas yang menyadari dan mengetahui di satu sisi, dan yang kedua yaitu; realitas yang berada di luar diri manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan di sisi lain. Bertolak belakang dari pandangan idealisme yang menyatakan bahwa pikiran manusia dimuati oleh kategori-kategorinya, seperti substansialitas dan kausalitas tentang data indrawi, maka realisme berkeyakinan, bahwa dunia yang kita terima bukanlah sebuah dunia yang kita ciptakan kembali secara mental, tetapi merupakan sebuah dunia yang apa adanya. Substansialitas, kausalitas, dan bentuk-bentuk alam adalah merupakan segi-segi dari benda-benda itu sendiri, bukanlah semacam proyeksi dan pikiran.
Bagi kelompok realisme, ide atau proposisi adalah benar ketika eksistensinya berhubungan dengan segi-segi dunia. Sebuah hipotesis tentang dunia tidak dapat dikatakan benar semata-mata karena ia koheren dengan pengetahuan. Jika pengetahuan baru itu berhubungan dengan yang lama, maka hal itu hanyalah lantaran “yang lama” itu memang banar, yaitu disebabkan pengetahuan lama koresponden dengan apa yang terjadi pada kasus itu. Jadi koherasi tidak melahirkan kebenaran.
Realisme berkeyakinan bahwa pengetahuan selalu dihasilkan dari proses pengamatan, pemikiran, dan kesimpulan dari kemampuan manusia sebagai subjek dalam menyerap dunia objek. Dengan demikian pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang koresponden dengan dunia sebagaimana adanya. Dalam perjalanan waktu, ras manusia telah menempatkan sejumlah pengetahuan yang kebenarannya telah dikonfirmasi secara berulang-ulang. Pendekatan Realisme pada Pengetahuan, Ada beberapa pendekatan realisme pada pengetahuan, yakni; 
a.       Menurut Teori Asosiasinisme
Pikiran atau ide-ide (teori ini dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke) serta isi jiwa terbentuk dari asosiasi unsur-unsur yang berupa kesan-kesan yang berasal dari pengamatan. Kesan-kesan tersebut juga disebut tanggapan yang dapat diumpamakan sebagai atom-atom dari jiwa.
b.      Menurut Teori Behaviorisme
Behaviorisme beranggapan bahwa tingkah laku sebagai istilah dasar yang menunjuk pada hidup mental, sebab manusia sebagai suatu organisme adalah totalitas mekanisme biologis. Dengan demikian untuk mengetahui atau memahami sikap hidup mental seseorang maka kita harus memahami organisme.
c.       Menurut Teori Koneksionisme
Koneksionisme mempunyai konsep-konsep yang bersifat meningkatkan pandangan dari behaviorisme, karena dikatakan bahwa manusia dalam hidupnya selalu membentuk tata jawaban (pattern of respons) dengan jalan memperkuat atau memperlemah hubungan antara (conecctions between) stimulus dan respons. Sehingga terjadi gabungan-gabungan hubungan stimulus dan respon yang akhirnya menunjukkan kualitas tinggi-rendah atau kuat-lemah dan disamping itu ada dua tipe epistemologi realisme, yaitu;
a.       Neorealisme
Neorealisme secara psikologis lebih erat dengan behaviorisme. Baginya pengetahuan diterima ditangkap langsung oleh pikiran dunia realita. Oleh karena itu neorasionslisme menafsirkan badan sebagai respon khusus yang berasal dari luar dengan sedikit atau tanpa adanya proses intelek.
b.      Critical Realisme
Aliran ini menyatakan bahwa media antara intelek dengan realitas adalah seberkas penginderaan dan pengamatan.

C.       AKSIOLOGI
       Aspek aksiologis banyak berkaitan dengan bidang nilai. Pertanyaan-pertanyaan dasarnya adalah apakah nilai itu bersifat absolut ataukah justru bersifat relatif ? Masalah nilai menjadi sangat penting dalam konteks filsafat pendidikan. Dalam pendidikan tidak hanya berbicara mengenai proses transfer pengetahuan, melainkan juga menyangkut penanaman nilai. Dalam kaitan dengan nilai, pandangan Realisme menyatakan bahwa nilai bersifat absolut, abadi namun tetap mengikuti hukum alam yang berlaku.
       Melalui konsep nilainya tersebut kelompok realis juga menyatakan bahwa mata pelajaran yang dilaksanakn disekolah pada intinya adalah untuk menerangkan realitas objektif dunia, sehingga studi-studi disekolah lebih banyak didasarkan pada kajian-kajian ilmu kealaman atau sains. Hal ini banyak dimaklumi mengingat bahwa melalui sains lah realitas itu tergelar secara objektif dan menantang manusia untuk memahaminya (Orsnstein , 1985:192).
Teori Nilai Menurut Realisme
       Menurut realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bisa dihayati oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek tersebut. Teori lain yang muncul dari realisme disebut determinismetis. Dikatakan bahwa semua yang ada dalam alam ini, termasuk manusia, mempunyai hubungan hingga merupakan rantai sebab akibat.
      
D. REFERENSI
file:///D:/ALIRAN%20FILSAFAT%20PENDIDIKAN%20PROGRESIVISME%20%20.htm
e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/civis/article/download/377/332

Tidak ada komentar:

Posting Komentar