Kamis, 12 Januari 2017

Pengaruh Pembelajaran Sastra Pada Anak

A.    Pembelajaran Sastra Pada Anak
Perlu kita ketahui bahwa pemelajaran sastra pada anak sangat lah penting bagi anak,sebelum melangkah lebih jauh tentang pentingnya pembelajaran sastra bagi anak,alangkah lebih baik apabila  menjelaskan penertian satra terlebih dahulu.
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti instruksi atau ajaran dan ‘Tra’ yang berarti alat atau sarana. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Dari pengertian diatas kita sudah tahu bahwa pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. yang berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup dengan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Kalau tadi kita menjelaskan mengenai sastra,sekarang akan dibahas tentang satra anak,perlu kita ketahui bahwa Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun karena sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta.dan hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
Dari penjelasn diatas kita bisa tahu betapa pentingnya sastra bagi anak anak,karena anak anak cenderung menggunakan bahasa imajinasi di banding fakta,sehingga Sastra anak berfungsi untuk media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak yang memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya.
Setelah kita mengetahui pengertian dan fungsi pembelajaran sastra pada anak,saya juga akan menjelaskan tujuan dari pembelajaran sastra pada anak,adapun tujuan pembelajaran sastra anak di Sekolah Dasar lebih diarahkan pada kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. Pelaksanaannya, pembelajaran sastra dan bahasa dilaksanakan secara terintegrasi. Sedangkan pengajaran sastra, ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra.tujuannya dapat di simpulkan menjadi empat tujuan,diantaranya:
1.      menumbuhkan kesenangan pada buku.
Dengan memberikan waktu yang banyak kepada siswa untuk membaca dan memberikan banyak buku di kelilingnya dengan buku yang menarik untuk di baca,maka secara tidak langsung anak akan senng membaca buku dan membolak balikan buku itu dengan membacanya.
2.      menginterpretasi bacaan sastra.
Siswa pun perlu memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang mendalam dengan buku-buku. Guru dan siswa dapat membicarakan tentang makna pribadi yang mungkin terdapat pada suatu cerita untuk kehidupannya sendiri
3.      mengembangkan kesadaran bersastra.
Selama siswa berada di sekolah dasar mereka mengembangkan pemahaman mengenai bentuk sastra yang berasal dari berbagai aliran sedikit demi sedikit. Mereka sudah dapat membedakan bentuk prosa dan puisi, fiksi dan nonfiksi, antara realisme dan fantasi, tetapi tidak dengan istilah-istilah tersebut
4.      mengembangkan apresiasi
tahap urutan dan perkembangan yang ada dalam pertumbuhan apresiasi tahap kenikmatan yang tidak sadar,tahap apresiasi yang masih ragu-ragu atau berada antara tahap kesatu dan ketiga, dan tahap kegembiraan secara sadar.      
Pembelajara sastra pada anak juga membutuhkan bahan atau alat yang digunakan,agar bias mempermudah guru dalam menyampaikan pembelajarannya.salah satunya dengan menggunakan Buku sastra anak-anak,yang tidak dibatasi oleh pengarangnya anak-anak atau orang dewasa, tetapi lebih ditekankan pada apa yang ditulisnya. Adapun tugas guru dan orang tua dalam memilih buku sastra anak-anak adalah melakukan penelitian lebih rinci terhadap unsur-unsur yang lazim ada dalam setiap bacaan cerita (fiksi) yang meliputi:
a.       Alur,yang merupakan benang merah yang menjalin serta merangkaikan susunan cerita menjadi terpadu sate sama lain dan membuat pembaca penasaran ingin terus membacanya hingga selesai
b.      Latar cerita,yang merupakan lingkungan yang dapat dianggap berfungsi sebagai metonimia, atau metafora, ekspresi dari tokohnya. Dalam karya fiksi, latar bukan hanya berfungsi sebagai latar yang bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis
c.       Tema cerita,Yang harus segera diperiksa dalam tema buku sastra anak-anak adalah sejauh mana tema cerita itu berorientasi dan dilandasi oleh nilai-nilai etik yang terpuji secara universal. Ini penting diperhatikan, mengingat periode psikologis anak-anak yang sedang menjalani proses pembentukan diri dan identifikasi diri.
d.      Tokoh Cerita,anak -anak biasanya menyukai tokoh-tokoh yang berani, cerdik dan perkasa. Kreatifitas pengarang buku sastra anak-anak selalu diuji untuk menciptakan tokoh-tokoh fantasi yang unik tapi terpercaya.
e.       Gaya Cerita,Dalam karya fiksi,merupakan cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.
f.       Sudut Pandang Cerita,adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya.
g.      Ilustrasi dan Format Buku,adalah gambar-gambar yang menyertai cerita dalam buku sastra anak Kebanyakan dan buku sastr anak-anak menggunakan ilustrasi untuk daya tariknya. Buku-buku yang tidak ada ilustrasinya, itu kurang cocok untuk dijadikan buku bacaan anak-anak. Kehadiran ilustrasi untuk buku anak-anak menjadi keharusan apalagi untuk anak-anak prasekolah.        
B.     Genre Sastra Anak
Sebagaimana halnya dalam sastar dewasa, sastra anak juga mengenal apa yang disebut genre, maka pembicaraan tentang genre sastra anak juga perlu dilakukan. Genre dapat dipahami sebagai suatu tipe kesusastraan yang memiliki perangkat karakteristik umum ( Lukens, 2003 : 13). Bahwa dalam sebuah genre sastra terdapat sejumlah elemen diantaranya :
1.      Realisme, dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang di ksahkan itu bisa saja ada dan terjadi. Peristiwa dan jalinan peristiwa yang dikisahkan masuk akal, logis. Cerita mempresentasikan berbagai peristiwa, aksi dan interaksi, yang seolah-olah memang benar, dan penyelesainnya masuk akal dan dapat dipercaya. Jadi karakteristik umum cerita realisme adalah narasi fiksional yang menampilkan tokoh dan karakter yang menarik yang dikemas dalam latar tempat dan waktu yang dimungkinkan. Ada beberapa cerita yang dikategorikan ke dalam realisme yaitu : Cerita Realistik, realisme binatang, realisme historis, dan cerita olahraga.
2.      Fiksi Formula,Genre ini sengaja disebut sebagai fiksi formula, karena memiliki pola-pola tertentu yang membedakannya dengan jenis ynag lain. Walau hal itu tidak mengurangi orisinilitas cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu mau tidak mau merupakan sesuatu yang bersifat membatasi.Jenis satra anak yang dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah : Cerita misteri dan detektif, cerita romantis, dan novel serial.
3.      Fantasi,dapat dipahami sebagai “the willing suspension of disbelief ” (Coleridge, via Lukens, 1999 : 20), cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Fantasi serimh juga disebut sebagai cerita fantasi “Library fantasi”  dan perlu dibedakan dengan cerita rakyat fantasi “folk fantasy” yang tidak pernah siapa penulisnya, mencoba menghadirkan sebuah dunia lain “Other World” di samping dunia realitas. Cerita fantasi dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima sehinggga sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca. Jenis sastra anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi ini adalah : Cerita fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi sain.
4.      Sastra Tradisional,Istilah “tradisional” dalam kesusatraan (tradisional literature atau folk literature) menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dari cerita yang ang telah mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan secara turun-temurun secara lisan. Berbagai cerita tradisional tersebut ini telah banyak yang dikumpulkan, dibukukan, dan dipublikasikan secara tertulis antara lain dimaksudkan agar cerita itu tidak hilang dari masyarakat. Jenis cerita yang dikelompokkan ke dalam genre ini adalah : fable, dongeng rakyat, mitologi, legenda dan epos.
5.      Puisi,Sebuah bentuk sastra disebut puisi jika di dalamnya terdapat pendayagunaan berbagi unsure bahasa untuk mencapai efek keindahan. Bahasa puisi tentulah singkat dan padat, dengan sedikit kata, tetapi dapat mendialogkan sesuatu yang lebih banyak. Genre puisi anak dapat berbentuk puisi-puisi lirik tembang-tembang tradisional, lirik tembang nina bobo, puisi naratif dan puisi personal.
6.      Nonfiksi,Apakah buku nonfiksi dapat dikategorikan sebagai salah satu genre anak ? Lukens juga mengemukakan asebagian orang yang bersifat purists. Namun pada kenyataanya terdapat sejumlah buku bacaan nonfiksi yang ditulis dengan kadar artistic yang tinggi, dengan memperhitungkan pencapaian efek estetik lewat pemilihan unsure-unsur stile secara tepat. Bacaan nonfiksi yang ditulis secara artistic sehingga jika dibaca oleh anak, anak kan memperoleh pemahaman dan sekaligus senang. Ia akan membangkitkan pada diri anak perasaan keindahan yang berwujud efek emosional dan intelektual. Bacaan nonfiksi dapat dikelompokkan ke dalam subgenre buku informasi dan boigrafi.
7.      Pengembangan Genre yang diusulkan,Genre pembagian Lukens di atas cukup rinci. Tapi kesan adanya tumapng tindih tidak dapat dihindari, dan itu dapat dijadikan salah satu keberatan. Sebuah karya sastra tertentu dapat dimasukkan ke dalam dua genre yang berbeda dengan mempergunakan criteria yang ada. Di bawah ini dikemukakan pembagian genre sastra anak berdasarkan analogi pembagian jenis sastra dewasa dengan memanfaatkan pembagian Lukens. Genre sastra anak cukup dibedakan ke dalam : Fiksi, nonfiksi, puisi, sastra tradisional, dan komik.
8.      Kontribusi Sastra Anak,Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju ke kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang jelas. Kepribadian atau jati diri seorang anak dibentuk dan terbentuk lewat lingkungan baik diusahakan secara sadar maupun tidak sadar. Yang dimaksud dalam lingkungan sangat luas wilayahnya. Mulai dari kebiasaan, tingkah laku, contoh : lain-lain yang diberikan orang tua, pendidikan yang sadar dan terencana dilakukan di lembaga sekolah, sampai adapt-istiadat dan lain sebagainya.
Nilai nilai yang terkandung dari sastra anak diantaranya:
1.      Nilai Personal.
a.       Perkembangan Emosional.
Anak usia dini yang belum dapat berbicara, atau barui ada dalam tahap perkembangan bahasa satu kata atau kaliamt dalam dua tiga kata, sudah ikut tertawa ketika diajak bernyanyi bersama sambil bertepuk tangan. Anak tampak menikmati lagu-lagu bersajak ritmis dan larut dalam kegembiraan. Hal itu dapat dipahami bahwa sastra lisan yang berwujud puisi-lagu tersebut dapat merangsang emosi anak untuk bergembira.
b.      Perkembangan Intelektual.
Lewat cerita, anak tidak hanya memperoleh “kehebatan” kisah yang menyenangkan dan memuaskan hatinya. Cerita menmapilkan urutan kejadian yang mengandung logika pengurutan, logika pengaluran. Logika pengaluran memperlihatkan hubungan antar peristiwa yang dipeni oleh tokoh baik protagonist maupun antagonis. Hubungan yang dikembangkan dalam pengembangan alur pada umumya berupa hubungan sebab akibat, artinya : sutu peristiwa terjadi akibat atau mengakibatkan terjadinya peristiwa yang lain.
c.       Perkembangan imajinasi.
Berhadapan dengan sastra, baik itu yang berwujud suara maupun tulisan, sebenarnya kita lebih berurusan dengan masalah imajinasi. Sesuatu yang abstrak yang berada di dalam jiwa, sedang secara fisik sebenarnya tidak terlalu berarti. Bagi anak usia dini yang belum dapat membaca dan hanya dapat memahami sastra lewat orang lain, cara penyampainnya masih sangat berpengaruh sebagaimnaa halnya orang dewasa mengapresiasi poetry reading atau deklamasi.
d.      Pertumbuhan Rasa Sosial
Bacaan cerita mendemontrasikan bagaimana tokoh berinteraksi dengan sesame dan lingkungan. Bagaiaman tokoh itu saling berinteraksi untuk bekerjasama, saling membantu, bermain bersama, dan lain sebagainya. Orang yang hidup di tengah masyarakat tidak mungkin berada dalam keadan terisolasi tanpa berhubungan dengan orang lain.
e.       Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius.
Selain penunjang pertumbuhan dan perkembangn unsure emosional, intelektual, imajinasi, dan rasa social, bacaan cerita sastra juga berperan dalam mengembangkan aspek personalitas yang lian, yaitu rasa etis dan religius. Demontrasi kehidupan yang secar konkret diwujudkan dalam bentuk tingkah laku tokoh, di dalamnya juga terkandung tingkah laku yang menunjukkan sikap etis dan religius.
2.      Nilai Pendidikan
a.       Eksplorasi dan Penemuan.
Ketika membaca cerita, pada hakikatnya anak dibawa untuk melakukan sebuah eksplorasi, sebuah penjelajahan, sebuah petualangan imajinatif, ke sebuah dunia relative yang belum dikenalnya yang menawarkan berbagai pangalaman kehidupan. Petualangan ke sebuah dunia yang menawarkan pengalman baru yang menarik, menyenangkan, menenangkan dan memuaskan
b.      Perkembangan Bahasa,Sastra.
sebuah karya seni yang bermediakan bahasa, maka aspek bahasa memegang peran penting di dalamnya. Sastra tidak lain adalah suatu bentuk permainan bahasa dan dalam genre puisi unsure permainan tersebut cukup menonjol. Bahasa dipergunakan untuk memahami dunia yang ditawarkan, sekaligus  sastra juga berfungsi meningkatkan kemampuan berbahasa anak, baik menyimak, membaca, emnulis, berbicara.
c.       Pengembangan Nilai Keindahan.
Ketika anak berusia 1-2 tahun dininabobokkan dengan nyanyian, dengan kata-kata yang bersajak dan berirama indah. Anak sebenarnya belum dapat memahami makna dibalik kata-kata itu, tetapi sudah dapat merasakan keindahannya.
d.      Penanaman Wawasan Multikultural.
Berhadapan dengan bacaan sastra, anak dapat bertemu dengan wawasan budaya berbagai kelompok social dari berbagai belahan dunia. Lewat sastra dapat dijumpai berbagai sikap dan perilaku hidup yang mencerminkan budaya suatu masyarakat yang berada dengan masyarakat lain.
e.       Penanaman Kebiasaan Membaca.

Kata-kata bijak yang menyatakan bahwa buku adalah jendela ilmu pengetahuan,buku adalah jendela untuk melihat dunia, menemui relevansiinya yang semakin kuat  dalam abad informasi. Adanya arus globalyang melanda dunia dan yang mengandaikan dapat diikuti dengan baik jika orang mau membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar