Kamis, 12 Januari 2017

Aliran Strukturalisme

ASAL USUL
Strukturalisme adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangun), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan oleh para ahli humniora. Strukturalisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu lain.
Tahun 1996 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralism sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis. Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu pengetahuan.
Secara sederhana strukturalisme dapat diartikan sebagai aliran dalam filsafat manusia yang menempatkan struktur (atau: sistem) bahasa dan budaya sebagai kekuatan-kekuatan yang menentukan perilaku dan bahkan kesadaran manusia. Sangat berbeda dari pandangan eksistensialisme, para strukturalis meyakini bahwa manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang tidak bebas, yang terstruktur oleh sistem bahasa dan budayanya. Tidak ada perilaku, pola berpikir, dan kesadaran manusia yang bersifat individual dan unik, yang bebas dari sistem bahasa dan budaya yang mengukungnya. Jika betul bahwa ada individu yang unik, misalnya, yang mampu menggunakan bahasa yang sama sekali “baru” dan memiliki pola berpikir yang 100% “unik”, maka ia pasti tidak akan bisa dipahami oleh orang lain dan berada di luar sistem bahasa dan budaya yang ada. Bahasa dan budaya di mana kita tinggal menentukan segala-galanya dan kita mau tidak mau tunduk kepadanya.
Dalam arti ini maka aliran ini secara tegas menolak esamea, menolak pandangan tentang kebebasan pandangan tentang kebebasan dan keluhuran (keagungan) manusia. Strukturalisme pun tidak mengakui adanya “ego”, “aku” (individu), atau “kesadaran”. Aliran ini berpandangan bahwa “aku” atau manusia bukanlah pusat realitas. Makna dan keberadaan manusia pada dasarnya tidak tergantung pada diri manusia itu sendiri, melainkan pada kedudukan dan fungsinya dalam sistem, persis sama seperti makna dan keberadaan hurup atau kata (istilah) dalam sistem bahasa tertentu, atau persis sama sama seperti pion-pion catur dalam sistem permainan catur. Ada aturan main yang menyebabkan manusia, sadar atau tidak sadar, harus mematuhi aturan-aturan di dalam sistem tersebut.
Kesimpulan, pada aliran ini yang mengungkapkan bahwa manusia itu “terkungkung” atau tidak bebas dikarenakan adanya segala macam aturan-aturan yang seseorang harus tunduk kepada aturan tersebut, bahasa dan budaya yang ada di sekitar manusia itu sendiri termasuk suatu sistem yang mereka harus ikuti dan patuhi dengan beranekaragam bentuk bahasa dan budaya maka akan membentuk manusia dengan berbagai macam struktur sesuai dengan ketentuannya, semua itu terstruktur, manusia tidak bisa melakukan segala macam hal se-bebas yang mereka inginkan tetapi ada aturan yang harus diikuti. Dengan manusia membuat dirinya beda dengan segala aturan yang ada disekitarnya maka manusia itu tidak akan dipahami oleh orang lain dan juga aliran ini berpendapat bahwa manusia tak ada gunanya jika seseorang hanya dengan dirinya sendiri tetapi dirinya haruslah ikut berperan dalam suatu kelompok karena itu lebih bermakna dibandingkan hanya bekerja sendiri, itulah strukturalisme.

METODE
Metode yang digunakan aliran strukturalisme dalam pendidikan adalah :
  • 1.       Membuat peraturan dan sanksi yang tegas kepada siswa dan juga seluruh pihak sekolah.
  • 2.       Sekolah menetapkan sanksi yang tegas kepada siswa/I nya mengenai peraturan yang berlaku disekolah, agar siswa/I nya sadar bahwa benar adanya peraturan atau tata tertib yang harus dipatuhi atau dilaksanakan.
  • 3.       Setiap anak tentunya memiliki karakter yang berbeda, ada yang langsung patuh dengan peraturan sekolah dan ada juga yang menyepelekannya. Oleh karena itu peran guru kelas sangat penting untuk mengingatkan kepada siswa-siswinya untuk mengikuti peraturan yang berlaku.
  • 4.       Mengadakan diskusi, pemberian tugas dan penguasaan pengetahuan. Agar siswa memiliki rasa kompetisi sesamanya dan ikut berperan atau bekerjasama dengan teman yang lainnya.
  • 5.       Peraturan atau tata tertib yang dibuat jangan hanya terfokus kepada siswa/I nya yang harus mematuhinya, tetapi juga pihak sekolah harus mematuhinya, agar menjadi contoh untuk para siswa/I dan mereka akan membudayakannya.
  • 6.       Mengadakan kegiatan yang peduli terhadap lingkungan seperti “car free day” dua minggu sekali untuk mengingatkan siswa akan bahaya polusi, ketika siswa dan guru mematuhi dan mengikutinya, siswa atau guru akan sama sama merasakan manfaatkannya dan mulai membudayakannya, sehingga berguna juga untuk lingkungan sekitar mereka. 
  • 7.       Guru tidak hanya memilih siswa yang selalu berprestasi saja dalam mengikutsertaannya dalam kompetisi, guru juga harus mengikutsertakan atau mengajak siswa yang kurang menonjol dikelasnya, karena mereka akan merasakan bahwa dirinya berguna dan mereka juga pasti berusaha yang terbaik ketika mereka terpilih karena mereka akan memiliki motivasi sendiri.
  • 8.       Membuat organigram kelas, agar siswa/I memiliki kedudukan dikelasnya sehingga memiliki rasa tanggung jawab.

NILAI KEGUNAAN ILMU
Aliran strukturalisme digunakan untuk meyakini bahwa manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang tidak bebas, yang terstruktur oleh sistem bahasa dan budayanya. Menggunakan aliran strukturalisme dengan cara mengikuti aturan yang ada atau budaya yang ada dan dengan bersosialisasi kepada orang lain disekitarnya, akan membawa seseorang ke nilai moral yang baik atau buruk sesuai dengan budaya yang seseorang patuhi, tetapi itu semua juga tergantung kepada manusianya itu sendiri, disaat budaya dilingkungannya buruk maka pribadi itu harus bisa memilih mana yang harus ia ikuti atau taati dan mana yang tidak. Karena itu semua dilakukan oleh manusia itu sendiri dan untuk kepentingan manusia dalam kebudayaannya. Apabila suatu kebudayaan yang buruk membawa kepada dampak moral yang buruk pula, ini disebabkan manusia itu sendiri tidak mau merubah hal buruk yang ada, menjadikannya sebagai nilai pelajaran untuk dirinya agar bisa lebih baik dari yang lainnya, ketika seseorang itu malah ikut kedalam kebudayaan yang buruk tersebut disitulah tidak terjadinya perbaikan budaya.

MANFAAT
Manfaat yang didapatkan dari mempelajari aliran strukturalisme yakni yang pertama menyadarkan kita bahwa kita bukanlah manusia yang hidup sendiri dengan kebebasan semau kita dalam berbuat, tetapi kita memiliki lingkungan atau orang lain yang pasti ada hal-hal yang sesuai dan tidak sesuai untuk kita lakukan. Bisa menjadikan kita sebagai pribadi yang disiplin, pribadi yang menaati peraturan yang berlaku disekitar kita, berbudaya sesuai dengan budaya yang berlaku dilingkungan kita dan berbahasa dengan bahasa yang berlaku dilingkungan kita. Dengan kita yang mengikuti semuanya yang berlaku, kita akan dirasakan kehadirannya atau akan di anggap oleh orang lain, ini karena kita menjadi bagian dari mereka dengan mematuhi peraturan yang berlaku di lingkungan kita, seperti kata pepatah “Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung”.
Yang kedua, dengan memahami aliran strukturalisme juga menyadarkan kita bahwa kita adalah makhluk sosial (membutuhkan orang lain) bukan makhluk individu yang dapat berdiri sendiri atau melakukan segala halnya sendiri. Karena diri kita tanpa orang lain tidak esamea fungsinya atau maknanya, dan juga tidak tau kedudukan kita dalam bermasyarakat. Dengan keberadaan orang lain disekitar kita dan saling berkomunikasi, membantu disitulah diri kita terlihat bermakna dan berfungsi.

KETERKAITAN ALIRAN STRUKTURALISME DENGAN PENDIDIKAN
Keterkaitan antara aliran strukturalisme dengan pendidikan yakni dalam aliran strukturalisme dikatakan bahasa dan budaya sebagai kekuatan-kekuatan yang menentukan perilaku dan bahkan kesadaran manusia, karena pendidikan itu tidak hanya terjadi atau dilaksanakan di sekolah saja tetapi juga terjadi lingkungan keluarga, bahkan keluarga lah yang pertama kali memberikan kita pendidikan, karena kita semua dilahirkan atau dibesarkan dari suatu keluarga. Ntah itu keluarga asli kita yakni ibu bapak biologis kita atau keluarga yang tidak mempunyai hubungan biologis sedikitpun dengan kita. Keluarga, sekolah dan masyarakat itulah yang disebut dengan lingkungan, lingkungan mempengaruhi bagaimana seseorang tumbuh. Lingkungan yang baik akan membawa orang kepada hal-hal yang baik, begitu juga sebaliknya lingkungan yang buruk akan membawa orang kepada hal-hal yang buruk. Tetapi tidaklah semua berjalan seperti itu, lingkungan yang buruk bisa menjadikan seseorang baik dikarenakan dari diri orang itu sendiri yang memiliki keinginan yang sangat kuat ingin berbeda dari orang yang ada dilingkungannya (menjadi lebih baik) dan hal-hal buruk yang terjadi dilingkungannya itulah yang bisa ia jadikan untuk pelajaran, karena ia pasti sudah dapat melihat sendiri dampak dari mengikuti aturan lingkungannya yang buruk itu. 

Contoh, disuatu rumah terdapat keluarga yang setiap harinya mereka membagi tugas untuk membersihkan rumah, setiap anak mempunyai tugasnya masing masing dan mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya, dengan menerapkan budaya seperti ini dirumah anak akan menjadi seseorang yang rajin dan disiplin. Dan ini pasti berbeda dengan keluarga yang lebih memilih memakai asisten rumah tangga dibandingkan dengan membagi tugas kepada setiap anggota keluarga yang ada, ini akan membentuk karakter anak menjadi pemalas dan manja. Sama halnya dengan sekolah yang memiliki tingkat disiplin tinggi dengan yang tidak, akan membentuk karakter seorang anak yang berbeda, disekolah terdapat peraturan yang harus dipatuhi dan dilakukan oleh seluruh warga sekolah sehingga menjadi budaya dalam lingkungan sekolah tersebut. Dan dalam aliran strukturalisme juga dikatakan, makna dan keberadaan manusia pada dasarnya tidak tergantung pada diri manusia itu sendiri, melainkan pada kedudukan dan fungsinya dalam sistem. Lingkungan seperti keluarga, sekolah dan masyarakat adalah tempat dimana terjadinya kegiatan bersosialisasi sesama manusia, dengan saling bersosialisai itulah manusia itu akan tau apa fungsi ia dalam kelompok tersebut, apa yang ia bisa lakukan dalam kelompok tersebut sehingga dirinya akan memiliki makna dan terasa oleh lingkungannya akan keberadaannya, dengan mengenal lingkungan kita dapat mempelajari seperti apa kebudayaan lingkungan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar