Kamis, 12 Januari 2017

Pentingnya Kepemimpinan Pembelajaran Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Kepemimpinan Pembelajaran

 Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab musabab timbulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
1.      Arti kepimpinan pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan pada pembelajaran yang secara terprinci meliputi: (1) kurikulum, (2) proses belajar mengajar, (3) asesmen,  (4) penilaian, (5) pengembangan guru, (6) layanan prima dalam pembelajaran, dan (7) pembangunan komunitas belajar di sekolah.
Peter dan Austin memberi pertimbangan spesifik pada kepemimpinan pendidikan dalam sebuah bab yang berjudul “Excellence in School Leadership  mereka memandang bahwa pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif-perspektif berikut ini :
·   Visi dan simbol-simbol. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi kepada para staf, para pelajar dan kepada komunitas yang lebih luas.
·   MBWA / management by walking about ( manajemen dengan melaksanakan ) adalah gaya kepemimpinan yang dibutuhkan bagi sebuah institusi.
·   Untuk para pelajar. Istilah ini sama dengan dekat dengan pelanggan dalam pendidikan. Ini memastikan bahwa institusi memiliki fokus yang jelas terhadap pelanggan utamanya.
·   Otonomi, eksperimentasi dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus melakukan inovasi di antara staf-stafnya dan bersiap-siap mengantisipasi kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut.
·   Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin harus menciptakan rasa kekeluargaan diantara para pelajar, orang tua, guru dan staf institusi.
·   Ketulusan, kesabaran, semangat, instensitas dan antusiasme. Sifat-sifat tersebut merupakan mutu personal esensial yang dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan.
2.       Tujuan kepemimpinan pembelajaran
Tujuan kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mampu mengembangkan potensinya untuk menghadapi masa depan yang belum diketahui dan penuh dengan tantangan.
Dengan kata-kata lain, tujuan kepemimpinan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswanya meningkat dalam hal: (1) prestasi belajarnya, (2) kepuasan belajarnya, (3) motivasi belajarnya, (4) keingintahuannya, (5) kreativitasnya, (6) inovasinya, (7) jiwa kewirausahaannya, dan (8) kesadarannya untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni senantiasa berkembang dengan pesat.
3.       Manfaat kepemimpinan pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran sangat penting untuk diterapkan disekolah karena memberikan banyak manfaat, antara lain: (1) meningkatkan prestasi belajar peserta didik secara signifikan; (2) memberikan dorongan dan arahan terhadap warga sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didiknya; (3)  memfokuskan kegiatan-kegiatan warganya untuk menuju pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah; (4) membangun komunitas belajar warganya; dan (5) menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school).
Indikator sekolah belajar dapat dilihat pada hal-hal sebagai berikut: (1) memberdayakan warga sekolah secara optimal, (2) memfasilitasi warga sekolah untuk belajar secara berkelanjutan, (3) mendorong kemandirian setiap warga sekolah, (4) memberi kewenangan dan tanggung jawab kepada warga sekolah (5) mendorong warga sekolah untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil kerjanya, (6) mendorong teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan cepat tanggap terhadap peserta didik,(7) mengajak warga sekolah untuk fokus pada layanan siswa, (8) mengajak warga sekolah untuk siap dan akrab menghadapi perubahan, (9) mengajak warga sekolah untuk berpikir sistem, (10) mengajak warga sekolah memiliki komitmen terhadap keunggulan.
4.      Beberapa unsur dalam Kepemimpinan
Floyd Ruch dalam Gerungan (2002: hal. 129) menyebutkan tiga tugas utama pemimpin, yaitu: 1) structuring the situation, 2) controlling group-behavior, 3) spokesman of the group. Pada tugas yang pertama seorang pemimpin harus dapat mengkonstruksi struktur dari situasi yang dihadapi kelompoknya secara jelas agar para anggotanya dapat memahami situasi yang dihadapi mereka dan pada gilirannya mampu memberi penyikapan dan melakukan tindakan yang tepat. Tugas kedua yang harus dilaksanakan pemimpin adalah melakukan pengawasan dan pengontrolan/pengendalian perilaku kelompok. Agar suatu kelompok/organisasi dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka semua orang yang ada di dalamnya harus berjalan atau melakukan aktivitas yang mengarah pada tujuan-tujuan tersebut. Sehingga apabila ada anggota kelompok yang ke luar jalur, maka tugas pemimpinlah yang ‘menyadarkan’ anggotanya tersebut untuk tetap ada di dalam ‘jalan yang benar.’ Tugas ketiga dari pemimpin adalah menjadi juru bicara dari kelompoknya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan-keadaan di kelompoknya. Tentunya apa yang dibicarakan oleh pemimpin pada pihak lain itu haruslah merupakan gambaran nyata tentang kelompoknya, bukannya karangan pribadi pemimpin tersebut.
Al Muchtar (2001: hal. 252) menyebutkan sejumlah fungsi kepemimpinan, yakni: perencanaan, pemikir, organisator, dinamisator, koordinator, pemegang amanah, pengawas, penengah, pemersatu, pendidik, pembimbing, dan pelapor. Selanjutnya Al Muchtar mengungkapkan bahwa untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi tersebut, pemimpin haruslah memiliki tiga keterampilan, yaitu: 1) technical skills (penguasaan organisasi mulai dari prosedur kerja sampai evaluasi hasil karya); 2) conceptual skills (merumuskan gagasan atau menjelaskan keadaan rumit ke dalam bentuk yang mudah dipahami oleh anggota kelompoknya), 3 human skills (hubungan sosial dan bekerja sama, dan lain-lain .). Pemimpin dalam melaksakan fungsi kepemimpinannya itu memiliki gayagaya tertentu. Gaya-gaya tersebut biasanya khas dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga, yaitu: otoriter, demokratis, dan laissez faire. Gaya kepemimpinan otoriter adalah suatu gaya kepemimpinan dimana pemimpin merupakan penentu segala aktivitas dalam kelompok termasuk standar-standarnya. Para anggota tidak diajak untuk berpartisipasi dalam proses penentuan/pengambil keputusan tentang segala sesuatu dalam organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis menghendaki adanya partisipasi aktif dari anggota-anggotanya dalam organisasi termasuk dalam penentuan kebijakan yang diambil dalam organisasi. Sedangkan kepemimpinan laissez faire bersifat pasif. Pemimpin menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu dalam organisasi pada para anggotanya termasuk dalam hal-hal yang bersifat strategi seperti penentuan arah organisasi.
5.      Dimensi kepemimpinan pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran yang efektif membutuhkan 12 kompetensi sebagai berikut: (1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh.
6.       Kontribusi kepemimpinan pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran tidak langsung bekerja pada proses pembelajaran di kelas, namun dengan kepemimpinan pembelajaran akan terbangun iklim akademik yang positif, komunikasi yang baik antar staf di sekolah, perumusan tuntutan akademik yang tinggi, dan tingginya tekad seluruh pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan sekolah. 
7.       Optimalisasi kepemimpinan pembelajaran
Secara teoritis ataupun praktis sudah tidak ada yang meragukan bahwa kepala sekolah sebagai leader merupakan figur sentral yang diharapkan mampu menerapkan kepemimpinan pembelajaran yang kuat dalam mewujudkan sekolah yang bermutu.
Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah disebutkan bahwa seorang kepala sekolah untuk dapat menjalankan tugasnya secara baik harus memenuhi 5 kompetensi, yaitu: (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi sosial, (3) kompetensi menajerial, (40 kompetensi suprvisi, dan (4) kompetensi kewirausahaan.
Dalam konteks kepemimpinan pembelajaran, Komisi Redesain Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah di Tennesee, Amerika  Serikat (2007), merumuskan kompetensi praktis kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mewujudkan 7 kompetensi standar sebagai berikut.
No.
Standar
Tugas
1.
Standar A:
Peningkatan secara berkelanjutan
Melaksanakan pendekatan yang sistematik dan koheren untuk menuju peningkatan secara berkelanjutan dalam prestasi akademik seluruh siswa
2.
Standar B: Kultur pembelajaran
Menciptakan  kultur pembelajaran yang progresif/kondusif di sekolahnya agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan setinggi-tingginya.
3.
Standar C: Kepemimpinan -pembelajaran dan penilaian hasil belajar (Asesmen)
Memfasilitasi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya berdasarkan hasil evaluasi dan dilakukan secara terus menerus dalam  rangka untuk meningkatkan  hasil belajar siswa seoptimal mungkin.
4.
Standar D: Pengembangan profesionalisme guru secara terus-tenerus
Melakukan  pengembangan  profesionalisme warga sekolahnya terutama guru yang dilakukan secara terus-menerus dalam  rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa seoptimal mungkin.
5.
Standar E: Manajemen sekolah
Memfasilitasi warga sekolah (guru, siswa, karyawan) agar menjadi pelajar yang baik dan mengembangkan pembelajaran yang efektif melalui pemanfaatan berbagai sumber belajar yang tersedia dan yang perlu disediakan jika belum ada.
6.
Standar F: Etika
Memfasilitasi peningkatan secara berkelanjutan dalam meningkatkan keberhasilan belajar siswa melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan estándar etika paling tinggi dan mendorong pendampingan berupa tindakan politis apabila diperlukan.
7.
Standar G: Perbedaan
Memfasilitasi toleransi terhadap perbedaan latar belakang siswa, baik dari suku, agama, ras, jenis kelamin, dan asal usul.
·      Merumuskan dan mengartikulasi tujuan pembelajaran
·      Mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum
·      Membimbing pengembangan dan perbaikan proses pembelajaran
·      Mengevaluasi kinerja guru dan mengembangkannya
·      Membangun komunitas pembelajaran
·      Menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional
·      Melayani siswa dengan prima.
·      Melakukan perbaikan secara terus menerus
·      Menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif
·      Membangun warga sekolah agar pro perubahan
·      Membangun teamwork yang kompak
·      Memberi contoh dan menginspirasi warga sekolah
·      Menciptakan kultur bagi pembelajaran yang progresif/kondusif
·      Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan pembelajaran.
·      Menyediakan sebagian besar waktu untuk pembelajaran.
8.       Guru sebagai pemimpin dalam proses pembelajaran
Setiap guru yang mengajar suatu mata pelajaran adalah pemimpin dalam kelasnya.
Guru adalah pemimpin karena dia bertugas mempengaruhi perilaku belajar para siswanya.
8.1  Peran guru sebagai pemimpin :
1)       Mengajar, membantu dan memotivasi siswa untuk selalu menemukan cara memperbaiki dirinya dan dunianya.Siswa yang sudah mengalami pendidikan semacam itu akan mampu bertahan hidup dan menyesuaikan diri dalam lingkungan yang terus berubah.
2)      Guru yang bermutu tidak hanya senang membantu siswa yang cerdas, tetapi  juga terhadap siswa yang memerlukan waktu lebih lama untuk mempelajari sesuatu fakta atau konsep.
3)      Guru yang bermutu menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keberhasilan belajar semua siswa. Dia selalu mendorong siswa untuk mengembangkan daya intelektual dan daya emosinya guna mencapai pengetahuan yang superior dan kemampuan memecahkan masalah.
4)      Guru yang bermutu selalu memusatkan perhatiannya pada kepentingan siswa dan menumbuhkan perasaan selalu ingin tahu dan selalu ingin belajar.
5)      Guru yang bermutu selalu melakukan yang lebih baik, bersikap lebih fleksibel, dan selalu mempertanyakan segala sesuatu.
6)      Guru yang bermutu berusaha agar siswanya menjadi orang yang cemerlang.
7)      Guru yang bermutu selalu berusaha memberdayakan siswanya dan memperluas pengetahuannya, sehingga siswa memiliki daya dalam menghadapi berbagai situasi.
8)      Menerapkan MMT ataupun Perbaikan yang Berkelanjutan, berarti perubahan (yang berkesinambungan) pada diri siswa dan pada dirinya sendiri.
9)      Guru yang bermutu berperan membuat kelasnya menjadi  suatu tim untuk memecahkan berbagai persoalan. Jadi  tanggung jawab kelas pada semua orang, bukan hanya pada guru.
8.2  Tugas Guru Sebagai Pemimpin Pendidikan
1)      Berkomunikasi dengan jelas dan sabar.
2)      Memusatkan perhatian pada peserta didik.
3)      Membudayakan mutu (dalam segala hal).
4)      Mengadakan inovasi proses pembelajaran.
5)      Menampung aspirasi peserta didik.
6)      Menetapkan struktur tugas, kewajiban, tanggung-jawab dan hak masing-masing dalam kelas.
7)      Mengoreksi kebijaksanaan yang ada, bila perlu.
8)      Mengatasi kendala yang muncul dalam proses pembelajaran.
9)      Mengembangkan tim-tim kecil dalam pembelajaran.
10)  Mengembangkan mekanisme pemantauan dan  evaluasi keberhasilan secara terbuka dan adil.
11)  Mengadakan kaderisasi dalam bidang ilmu yang diasuh.
12)  Memberdayakan  peserta didik (Empowerment)
13)  Memotivasi peserta didik.
Guru pemegang peran penting dalam proses pembelajaran, hasil penelitian membuktikan bahwa 85% sistem pembelajaran dikendalikan oleh guru dan hanya 15% saja yang benar-benar usaha siswa.
Dalam pengelompokan siswa untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan guru, guru harus bisa membagi kelompok-kelompok kecil dalam kelas secara heterogen. Agar terjadi keseimbangan pada setiap kelompok karena dalam satu kelompok terdapat siswa yang pintar, biasa, dan kurang pintar.
9.       Kepemimpinan yang aman, nyaman dan menyenangkan  
Dalam amanatnya mengenai masalah kepemimpinan berdasarkan falsafah Panca Sila, Jenderal Soeharto menyimpulkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
1.       Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran beragama dan beriman teguh
2.       Hing ngarsa sung tulada, yaitu memberi suri-tauladan yang baik di hadapan anak buah.
3.       Hing madya mangun karsa, yaitu bergiat dan menggugah semangat di tengah-tengah masyarakat (anak buah).
4.       Tut Wuri handayani, yaitu memberi pengaruh baik dan mendorong dari belakang kepada anak buah.
5.       Waspada purba wisesa, yaitu mengawasi dan berani mengoreksi anak buah.
6.       Ambeg parama arta, yaitu memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7.       Prasaja, yaitu bertingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan
8.       Satya, yaitu sikap loyal timbal balik dari atasan terhadap bawahan, dari bawahan terhadap atasan dan juga ke samping.
9.       Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu untuk keperluan yang benar-benar penting.
10.   Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan, keikhlasan, dan keberanian untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya.
11.   Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan, dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tugas dan tanggung jawab serta kedudukan kepada generasi muda guna diteruskannya.
B.     Manajemen mutu terpadu
Mutu merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Manajemen mutu terpadu merupakan sebuah konsep yang mengaplikasikan berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu produk barang atau jasa memiliki spesifikasi. Pendekatan manajemen mutu dilakukan secara menyeluruh yaitu mulai dari input, proses, output, dan outcome. Dilakukan secara berkelanjutan untuk menunjukkan bahwa upaya mewujudkan mutu merupakan bagian kerja keseharian bukan sesuatu yang temporal (sewaktu-waktu). Semua komponen sistem organisasi diposisikan sebagai bagian untuk menjamin mutu dan disinergikan melalui kepemimpinan mutu. Beberapa isu yang dibuat oleh konferensi Dewan Mutu pada Mei 1990 (Ross, 1993:1-2) adalah sebagai berikut:
a. A cultural based on a management philosophy of meeting customer requirements trough continous improvement (satu perubahan budaya didasarkan pada filosofi manajemen sesuai dengan tuntutan pelanggan melalui perbaikan berkelanjutan).

b. Management behavior that includes acting as role models, use of quality processes and tools, encouraging communications, sponsoring feedback activities and a supporting environment (perilaku manajemen juga harus berperan sebagai model, menggunakan alat dan proses mutu, mendorong komunikasi, mensponsori umpan balik, dan mendukung lingkungan).
c. Mechanism of change including training, communications, recognition, teamwork, and   customer satisfaction program (mekanisme perubahan meliputi: pelatihan, komunikasi perubahan, pengenalan, kerjasama kelompok, dan program pemuasan pelanggan).

d. Implementing TQM by defining the mission, identifying system output, identifying customers, negotiating customers, requirements, developing a suppliers specification that details customer requirements and expectation, and determining the necessary required to fulfill those requirements and expectations. (pengimplikasian TQM dengan mendefinisikan misi, mengidentifikasi system output, bernegosiasi dengan tuntutan pelanggan, mengembangkan spesifikasi bagi supplier sebagaimana diharapkan dan dituntut pelanggan, dan menentukan syarat-syarat yang perlu untuk mengisi harapan dan tuntutan pelanggan).
12.  Gerakan mutu dalam pendidikan
Gerakan mutu terpadu dalam pendidikan masih tergolong baru. Hanya ada sedikit literatur yang memuat referensi tentang hal ini sebelum 1980an. Beberapa upaya reorganisasi terhadap praktik kerja dengan konsep TQM telah dilaksanakan oleh beberapa universitas di Amerika dan beberapa pendidikan tinggi lainnya di Inggris.
13.  Kontrol mutu, jaminan mutu, dan mutu terpadu
Kontrol mutu merupakan sebuah proses pasca produksi yang melacak dan menolak item-item yang cacat. Kontrol mutu biasanya dilakukan oleh pekerja-pekerja yang dikenal sebagai pemeriksa mitu. Inspeksi dan pemeriksaan adalah metode-metode umum dari kontrol mutu dan sudah digunakan secara luas dalam pendidikan untuk memeriksa apakah standar-standar telah dipenuhi atau belum. Jaminan mutu bertujuan untuk mencegah terjadi kesalahan sejak awal proses produksi. Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas dari cacat. Jaminan mutu lebih menekankan tanggungjawab tenaga kerja dibandingkan inspeksi kontrol mutu, meskipus sebenarnya inspeksi tersebut juga memiliki peranan dalam jaminan mutu.
TQM (Total Quality Manajemen) merupakan perluasan dan pengembangan dari jaminan mutu TQM adalah tentang usaha menciptakan sebuah mutu-mutu kultur, mutu yang mendorong semua anggota stafnya untuk memuaskan para pelanggan. Dalam konsep mutu terpadu pelanggan adalah raja.
     
14.  Produk dari pendidikan
Pelajar atau peserta didik seringkali dianggap sebagai produk dari pendidikan. Dalam pendidikan kita sering mengatakan seolah-olah pelajar adalah hasil dari pendidikan, khususnya dengan merujuk pada penerapan disiplin dan cara bersikap di institusi-institusi tertentu. Pendidikan seolah-olah merupakan sebuah jalur produksi
Menghasilkan pelajar dengan standar jaminan tertentu adalah hal yang mustahil. Sebagaimana Lynton Gray ungkapkan dalam beberapa diskusi tentang masalah ini : ‘manusia tidak sama, dan mereka berada pada situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini yang tidak bisa disama-ratakan. Menilai mutu pendidikan sangat berbeda dari memeriksa hasil produksi pabrik atau menilai sebuah jasa’.
15.  Pendidikan dan Pelanggannya
Bagi beberapa pendidik, istilah ‘Pelanggan’ jelas sekali memiliki nada komersial yang tidak dapat diaplikasikan dalam pendidikan. Mereka lebih suka menggunakan istilah klien. Klien, dengan konotasi jasa professional yang mnyertainya dianggap sebagai istilah yang jauh lebih tepat disbanding pelanggan. Sementara itu, yang lainnya ada yang menolak bahasa seperti itu dan menurut mereka akan lebih tepat jika menggunakan istilah pelajar atau murid. ‘Pelanggan utama’ yaitu pelajar yang secara langsung menerima jasa, ‘pelanggan kedua’ yaitu orang tua, gubernur atau sponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsung secara individu maupun institusi, dan “pelanggan ketiga” yaitu pihak yang memiliki peran penting, meskipun tak langsung, seperti pemerintah dan masyarakat secara keseluruhannya. Bentuk pemasaran yang paling baik dalam pendidikan adalah pemasaran yang dipilih oleh para pelajar untuk kepentingan mereka masing-masing. Kesuksesan pelajar adalah kesuksesan intitusi pendidikan.
MMT juga diasumsikan sebagai suatu filosofi manajemen yang melembagakan sumber daya yang ada, terencana, berkesinambungan dan mengasumsikan peningkatan kualitas dari hasil semua aktivitas yang terjadi dalam organisasi: bahwa semua fungsi manajemen yang ada dan semua tenaga untuk berpartisipasi dalam proses perbaikan.
Dengan peningkatan sistem kualitas dan budaya kualitas, proses MMT bermula dari pelanggan dan berakhir pada pelanggan pula. Proses MMT memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output).
Manajemen Mutu Terpadu merupakan upaya untuk mengoptimalkan organisasi dalam rangka kepuasan pelanggan. Dengan demikian Manajemen Mutu Terpadu berkaitan dengan:
·   Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
·   Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
·   Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan massalah
·   Memiliki komitmen jangka penjang
·   Membutuhkan kerjasama tim
·   Memperbaiki proses secara berkesinambungan
·   Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
·   Memberikan kebebasan yang terkendali
·   Memiliki kesatuan tujuan
·   Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
16.  Strategi dan alat-alat dasar
Alat dan teknik mutu adalah media untuk dapat mengidentifikasi dan memecahkan persoalan secara kreatif. Salah satu aspek terpenting TQM adalah mengumpulkan sejumlah alat-alat yang bermanfaat mengimplementasikan konsep yang sudah ditentukan. Sebagaian besar dari alat-alat mutu tersebut sederhana dan sudah dipergunakan, seperti brainstorming.Brainstorming adalah membuat para staf berdaya cipta dan terbebas dari segala bentuk tekanan. Akan tetapi, ia juga memiliki keterbatasan untuk menghasilkan sebuah hasil yang diinginkan ia harus digunakan secara bersama-sama dengan alat-alat lain seperti afinitas jaringan kerja atau konstruksi diagram Ishikawa. Brainstorming bisa berbentuk aktivitas yang terstruktur atau tidak terstruktur brainstorming yang terstruktur melibatkan setiap anggota tim dalam memberikan ide hingga memunculkan ide inti. Sementara brainstorming yang tidak terstruktur secara sederhana mempersilahkan setiap orang untuk mengekspresikan ide-idenya seperti yang ada dalam pikirannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar