Kamis, 12 Januari 2017

Sila Kelima Yang Hilang

Pancasila adalah ideologi  berdirinya negara ini, pancasila merupakan rumusan  dan pedoman kehidupan bagi negara ini,  lewat pancasila tentunya kita semua berharap bahwa negara ini mampu menjadi negara yang luhur, negara yang mampu mengamalkan seluruh asas pokok didalam kandungan pancasila, terutama didalam lima dasar pokok utama, sehingga negara ini mampu  menjadi negara yang berbudi pekerti luhur, yang didalamnya terdapat segala, kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh manusia di negara ini.
Akan tetapi apakah pancasila beserta kandungan  lima dasar pokok asas sudah benar-benar di hayati dan diamalkan seutuhnya oleh negara ini, kita berkaca melalui kenyataan yang terjadi bahwa pancasila saat ini hanya seperti simbol tanpa arti  dan ideologi kosong  , tanpa ada penghayatan dan pengamalan di dalamnya, terutama di dalam sila ke 5, kita pasti semua tau apa itu sila ke 5 ” keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”. Sila ke 5 penghayatan beserta pengamalan telah menghilang dari negara ini, ini di sebabkan oleh kenyataan bobroknya para pemimpin negara ini  dalam menangani kemiskinan dan kesenjangan sosial yang mencapai level kronis dalam negara ini.
Setiap hari kita melihat kenyataan secara langsung, maupun melalui media bahwa banyaknya kasus-kasus kemiskinan yang terjadi, anak-anak yang harus putus sekolah lalu dipaksa bekerja dengan seadanya,  dikarenakan tidak adanya  biaya unuk melanjutkan pendidikannya,  itu semua  ditunjang  karena mahalnya pendidikan di negara ini,  banyaknya kasus-kasus orang sakit yang harus meregang nyawa secara mengenaskan karena tidak adanya   biaya berobat kerumah sakit, banyaknya kasus-kasus pencurian yang terjadi, karena tidak ada jalan lain untuk mereka, keterpaksaan dan kebutuhan untuk melanjutkan hidup memaksa mereka untuk mecuri. Banyaknya kasus-kasus para gadis yang harus menjual diri dan kehormatan mereka di karenakan kebutuhan hidup yang mendesak mereka, faktor kemiskinan adalah salah satu faktor utama yang membuat tidak adanya nila-nila yang terkandung di dalam sila-5, dan rasa keadilan seakan  menghilang dari negara ini.
Hampir setiap  hari kita melihat mobil mewah dengan keluaran seri  terbaru hilir bolak-balik di jalan-jalan besar di negara ini, itu pun di barengi  dengan banyaknya  para manusia dengan  penampilan kumuh, lusuh dan kotor menadahkan tangan berharap mereka di kasihani, untuk mendapatkan sedikit uang  hanya untuk sekedar mencukupi kebutuhan perut mereka di hari itu, kita juga melihat banyaknya anak-anak  yang harusnya mereka pergi ke sekolah mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak, akan tetapi mereka harus di jalan-jalan membantu perekonomian keluarga mereka, kita melihat megahnya pembangunan mall dan apartemen mewah dengan biaya yang fantastis, akan tetapi kita pun melihat banyaknya tempat tinggal kumuh yang sangat tidak layak, berada di pinggir-pinggir rel, di kolong-kolong jembatan, dan di bantaran kali yang sangat kotor, kita pun melihat dengan orang-orang yang berlomba-lomba memberi barang-barang dengan keluaran terbaru dengan harga yang sangat mahal di mall-mall, penting tidak penting mereka akan tetap membeli hanya untuk  sekedar memiliki dan membanggakan diri  terhadap kerabat mereka, di satu sisi kita pun melihat banyaknya orang-orang yang harus menahan lapar karena sudah seharian mereka tidak makan.
Kesenjangan sosial adalah salah satu akar penghambat di dalam terciptanya keadilan  didalam sila ke 5 itu sendiri  bagi negara ini,  jauhnya jenjang jarak antara si kaya dan si miskin, ini membuat kecemburuan sosial antara si miskin kepada si kaya dan dapat selalu menciptakan setiap konflik yang terjadi,  dan membuat rasa keadilan di negara ini seolah menghilang dan lenyap, hal ini ada karena sistem pemerintahan kita tak pernah berjalan dengan baik untuk menangani kesenjangan sosial ini, aturan pajak pemerintahan yang tidak berjalan, setiap rakyat di negara ini diharuskan membayar pajak, melalui tagihan listrik atau tanah atau  usaha kita,  kita di haruskan untuk membayar kepada pemerintah, dan setiap pendapatan  yang lebih tinggi  tentunya pajaknya akan semakin tinggi,  jika berjalan dengan baik, ini seharusnya bisa mengurangi angka kemisikinan dan kesenjangan yang terjadi di negara ini, karena setiap apa yang rakyat berikan  kepada pemerintah, harusnya  kembali kepada rakyat itu sendiri, dan  pembayaran pajak yang tinggi kepada orang-orang kaya di negara ini,  harusnya ini berdampak dengan secara tidak langsung kekayaan mereka bisa menetes kepada si miskin karena pemberlakuan pajak yang tinggi kepada si kaya, akan tetapi kenyataan api yang jauh dari panggang, di karenakan tak pernah bisa merasaknya tetesan kekayaan  dari si kaya kepada si miskin, itu semua karena pemerintahan kita yang korup, yang seharusnya pajak tinggi dari si kaya di distribusikan kepada si miskin, mereka malah memakannya  sendiri,  banyaknya kasus-kasus korupsi di negara ini, membuat si miskin tetap hidup dalam keadaan miskin, dan yang kaya tetap kaya malah bertambah kaya, tanpa adanya keseimbangan dan keadilan di dalamnya.
Kapitalisme akut, adalah sistem yang sangat dapat menghambat terciptanya rasa keadilan sosial di dalam negara ini, sistem ini ada dan berjalan di negara ini,  melalui pasar bebas dan kekuatan uang, mereka mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan mereka sendiri dan tanpa peduli terhadap hak-hak orang lain,  kapitalisme membentuk manusia-manusia yang rakus, manusia-manusia hedonisme, kita banyak sekali melihat  manusia-manusia yang tanpa pendidikan dan kreatifitas yang sangat minim, di pekerjaan di dalam tempat-tempat, yang mereka harus di tuntut bekerja sangat keras,   dengan pembayaran minim, dan tidak  sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, didalamnya pun tidak ada jaminan kesehatan, mereka bekerja dan di bodohi  hanya untuk memperkaya para orang-oarang rakus, tanpa menyadari posisi dirinya sendiri, di karenakan pengetahuan dan rendahnya pendidikan yang mereka terima dan kretifitas yang sangat minim,  ini adalah awal dari perbudakan modern di abad ke 21, dan ini ada dalam sistem kapitalisme. Kapitalisme membentuk manusia-manusia kaya yang egois, dan si miskin tetap hidup miskin.  Mau sampai kapan semua  ini terjadi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar