Selasa, 23 Desember 2014
Mengapa Disebut Kota Bogor?
Mengapa Disebut Kota Bogor?
Pendapat bahwa Bogor berasal dari “buitenzorg”
adalah dugaan intelek yang mengira lidah orang Sunda sedemikian kakunya dengan
mengambil perumpaman melesetnya “Batavia” menjadi “Batawi”. Akan tetapi bila
kita perhatikan bagaimana orang Sunda mengucapkan “sikenhes” untuk “ziekenhuis”
(rumah sakit” atau “bes” untuk “buis” (pipa) atau “boreh” untuk “boreg”
(jaminan), maka merdasarkan gejala bahasa tersebut, seharusnya orang sunda
melafalkan “buitenzorg” menjadi “betensoreh”. Jadi dugaan “buitenzorg” menjadi
Bogor terlalu dikira-kira.
Pendapat kedua (“baghar atau baqar”) berdasarkan kenyataan adanya pengaruh bahasa Arab di daerah sekitar Pekojan. Orang Sunda akrab dengan bahasa Arab lewat agama Islam, akan tetapi belum pernah ada bunyi BA dari bahasa Arab menjadi BO. Selain itu, dugaannya mengandung kelemahan dari segi urutn waktu. Kata Bogor telah ada sebelum kebun raya dibuat, sedangkan arca sapi itu berasal dari kolam kuno Kotabatu yang dipindahkan ke dalam kebun raya oleh Dr. Frideriech dalam pertengahan abad 19.
Pendapat ketiga (asal kata “bokor”) juga
mengandung kelemahan karena bokor itu sendiri adalah kata Sunda asli yang
keasliannya cukup terjamin. Meskipun demikian, perubahan bunyi “K” menjadi “G”
tanpa menimbulkan perubahan arti dapat ditemui pada kata “kumasep” dan
“angkeuhan” yang sering diucapkan menjadi “gumasep” (merasa cakep/centil) dan
“anggeuhan” (saya harus tanya orang tua dulu nich artinya ). Jadi bisa saja
Bogor memang berasal dari Bokor. Akan tetapi, tak ada seorangpun yang biasa
mengartikan “Bogor” sama dengan “bokor”.
Pendapat keempat kita temukan dalam pantun Bogor yang sudah disebutkan diawal posting. Dalam lakon itu dikemukakan bahwa kata “bogor” berarti “tunggul kawung”. Keadaan yang sama dapat ditemui pada nama tempat “Tunggilis” yang terletak di tepi jalan antara Cileungsi dengan Jonggol. Kata “tunggilis” berarti tunggul pinang yang secara kiasan diartikan menyendiri atau hidup sebatang kara.
Masyarakat Cinta Bogor doc By : Taufik Hassunna
Foto : STASIUN BOGOR Tahun 1885 Sebuah riset tentang pergerakan orang di
wilayah Jabotabek menunjukkan bahwa dalam kurun waktu antara 1974-1994, Kota
Bogor hanya menyediakan pekerjaan bagi 37 persen angkatan kerjanya. Sisanya
sebesar 63 persen merupakan pekerja komuter yang bekerja di Jakarta dan
sekitarnya. Riset yang sama menyimpulkan bahwa dari sekitar 600.000 pergerakan
per hari yang masuk ke Jakarta, hampir 46 persen diantaranya berasal dari Bogor
(Muhammad, 2003). Angka angka ini merupakan indikator pendekat (proxy indicator)
yang menunjukkan besarnya proporsi pekerja komuter terhadap jalannya
perekonomian kota Bogor, walaupun survey khusus tentang hal ini masih belum
tersedia
Di Jawa Barat banyak tempat bernama Bogor,
seperti yang bisa ditemukan di Sumedang dan Garut. Demikian pula di Jawa Tengah
berdasar catatan Prof. Veth dalam buku “Java”. Dengan demikian memang agak
sulit menerima terori “buitenzorg”, “baghar” dan “bokor”.
Bogor selain berarti tunggul kawung, juga berarti daging pohon kawung yang biasa diajdikan sagu (di daerah Bekasi). Dalam bahasa Jawa “Bogor” berati pohon kawung dan kata kerja “dibogor” berarti disadap. Dalam bahasa Jawa Kuno, “pabogoran” berarti kebun kaeung. Dalam bahasa Sunda umum, menurut Coolsma, ?L”Bogor” berarti “droogetapte kawoeng” (pohon enau yang telah habis disadap) atau “bladerlooze en taklooze boom” (pohon yang tak berdaun dan tak bercabang). Jadi sama dengan pengertian kata “pugur” atau “pogor”. Akan tetapi dalam bahasa Sunda “muguran dengan “mogoran” berbeda arti. Yang pertama dikenakan kepada pohon yang mulai berjatuhan daunnya karena menua, yang kedua berarti bermalam di rumah wanita dalam makna yang kurang susila. Pendapat desas-desus bahwa Bogor itu berarti “pamogoran” bisa dianggap terlalu iseng.
Nama Bogor dapat ditemui pada sebuah dokumen tertanggal 7 April 1752. Dalam dokumen tersebut tercantum nama Ngabei Raksacandra sebagai “hoofd van de negorij Bogor” (kepala kampung Bogor). Dalam tahun tersebut ibukota Kabupaten Bogor masih berkedudukan di Tanah Baru. Dua tahun kemudian, Bupati Demang Wirnata mengajukan permohonan kepada Gubernur Jacob Mossel agar diizinkan mendirikan rumah tempat tinggal di Sukahati di dekat “Buitenzorg”. Kelak karena di depan rumah Bupati Bogor tersebut terdapat sebuah kolam besar (empang), maka nama “Sukahati” diganti menjadi “Empang”.
Pada tahun 1752 tersebut, di Kota Bogor belum ada
orang asing, kecuali Belanda. Kebun Raya sendiri baru didirikan tahun 1817
sehingga teori “arca sapi” tidak dapat diterima sebagai asal-usul nama Bogor.
Letak Kampung Bogor yang awal itu di dalam Kebun Raya ada pada lokasi tanaman
kaktus. Pasar yang didirikan pada lokasi kampung tersebut oleh penduduk disebut
Pasar Bogor (papan nama “Pasar Baru Bogor” sebenarnya agak mengganggu rangkaian
historis ini)
Syafruddin Prawiranegara “Presiden Yang Terlupakan”
Syafruddin Prawiranegara “Presiden Yang Terlupakan”
Sangat di sayangkan, sosok presiden yang menjabat di Indonesia ini jarang diketahui oleh warga negaranya sendiri. Pengetahuan mengenai presiden ini tidak diberikan di sekolah-sekolah umum layaknya presiden lainnya. Walaupun Syafruddin hanya menjabat sebentar sebagai presiden, seharusnya nama beliau dicantumkan dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah agar nama beliau tetap mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia.
Presiden Sulsilo Bhambang Yudhonono memberikan gelar pahlawan nasional kepada Syafruddin Prawiranegara dikarenakan beberapa hal. Seperti yang tercantumkan dalam sebuah artikel yang saya kutip berikut ini.
Terbentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
Pada tanggal 19 Desember 1948, kota Jogjakarta diduduki oleh Belanda. Soekarno dan Hatta kemudian ditangkap untuk diasingkan ke Pulau Bangka (foto dikiri). Rupanya sebelum ditangkap, sang Dwi-tunggal sempat mengadakan rapat dan memberikan mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan sementara. Sehingga pada tanggal 22 Desember 1948, dibentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan Mr. Syafruddin Prawiranegara, sebagai Ketua PDRI. Kantor Pemerintahan Indonesia saat itu, antara lain berpindah dari Jogjakarta ke Bidar Alam, Sumatra Barat (foto dikanan). Berikut Pidato Syafruddin yang sangat terkenal, saat ia dilantik (tentu bahasa aslinya dalam ejaan lama) :
Belanda mengira bahwa dengan ditawannya pemimpin-pemimpin kita yang tertinggi, pemimpin-pemimpin lain akan putus asa. Negara RI tidak tergantung kepada Soekarno-Hatta, sekalipun kedua pemimpin itu sangat berharga bagi kita. Patah tumbuh hilang berganti.
Kepada seluruh Angkatan Perang Negara RI kami serukan: Bertempurlah, gempurlah Belanda di mana saja dan dengan apa saja mereka dapat dibasmi. Jangan letakkan senjata, menghentikan tembak-menembak kalau belum ada perintah dari pemerintah yang kami pimpin. Camkanlah hal ini untuk menghindarkan tipuan-tipuan musuh."
Sejak pidato yang disiarkan secara luas itu membahana ke seluruh pelosok negeri, PDRI menjadi musuh nomor satu Belanda. Tokoh-tokoh PDRI harus bergerak terus sambil menyamar untuk menghindari kejaran dan serangan Belanda. Perlawanan bersenjata dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta berbagai laskar di Jawa, Sumatera serta beberapa daerah lain. Perlawanan PDRI di Sumatra dilakukan dengan membentuk 5 (lima) wilayah pemerintahan militer.
Sehingga menjelang pertengahan 1949, posisi Belanda makin terjepit. Dunia internasional mengecam agresi militer Belanda. Sedang di Indonesia, pasukannya tidak pernah berhasil berkuasa penuh. Keadaan ini memaksa Belanda untuk menghadapi RI di meja perundingan, yang nantinya menghasilkan kesepakatan yang bernama Perjanjian Roem-Royen. Dengan perjanjian ini, kembalilah ibu kota Jogjakarta ke tangan Soekarno-Hatta (foto dikiri saat Jendral Soedirman kembali ke Jogja, diterima Soekarno).
Tidak mengakui kepahlawanan Syafruddin, berarti menganggap bahwa sejarah Indonesia terputus antara Desember 1948 (sejak Soekarno-Hatta tertangkap) sampai kembalinya pemerintahan Indonesia ke Jogjakarta pada tanggal 6 Juli 1949. Itulah argumentasi para ahli sejarah. Lalu siapakah yang memojokan Belanda sehingga mau berunding di perundingan Roem-Royen ?. Tentu PDRI bersama TNI-lah yang paling berjasa.
Lalu bagaimana peran Syafruddin dalam Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) ?
Pada awal tahun 1958, Pemberontakan PRRI terjadi akibat ketidakpuasan daerah terhadap pemerintah Soekarno-Hatta, karena ketimpangan sosial yang terjadi dan juga semakin menguatnya pengaruh komunis (terutama PKI). Syafruddin diangkat sebagai Presiden PRRI yang berbasis di Sumatera Tengah (foto dikanan). Namun pemberontakan ini hanya berlangsung kurang dari setahun. Pada bulan Agustus 1958, perlawanan PRRI dinyatakan berakhir dan pemerintah pusat di Jakarta berhasil menguasai kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya bergabung dengan PRRI. Keputusan Presiden RI No.449/1961 kemudian menetapkan pemberian amnesti dan abolisi bagi orang-orang yang tersangkut dengan pemberontakan, termasuk PRRI.
Menurut para ahli sejarah, kalau amnesti dan abolisi sudah diberikan, maka pemberontakan PRRI yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara, secara de Facto dan de Jure dimaafkan oleh Pemerintah Indonesia yang sah. Itulah alasan kenapa para ahli sejarah mendukung pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Syafruddin.
Lalu saya bertanya, “Apakah Soeharto bisa diusulkan menjadi Pahlawan Nasional ?”. Nampaknya salah satu hal yang mempersulit Soeharto untuk menerima penghargaan ini adalah, kebijakan “genocide” (pembunuhan massal tanpa proses hukum) yang pernah ia dilakukan. Peristiwa Genocide ini terjadi setelah perisitiwa G-30-S PKI dan juga peristiwa Pembunuhan Misterius (petrus). Buku-buku sejarah menunjukkan dan juga bahkan tulisan Soeharto sendiri menjelaskan, bahwa kebijakan Genocide, memang perintah yang dikeluarkan Soeharto. “Lalu bagaimana dengan Gus Dur”, tanya saya. Menjawab pertanyaan ini, para ahli sejarah terkesan hati-hati. Namun menurut mereka, salah satu kriteria gelar pahlawan adalah pernah memimpin perlawanan bersenjata terhadap penjajah.
Berdasarkan artikel tersebut, sudah selayaknya Syafruddin Prawiranegara mendapatkan gelar kehormatan ini, karena beliaupun turut berjasa kepada Bangsa Indonesia. Ada Presiden lainnya yang luput dari pemberitaan, hal ini sangat disayangkan karena seharusnya bangsa ini lebih menghargai jasa-jasa siapapun yang ikut memajukan Bangsa Indonesia.
ppt neopositivisme
https://docs.google.com/presentation/d/1PqQRTkU88SFH2Dldj2eQzZwVMu4XW6zvLhZ1m6C9Kao/pub?start=false&loop=true&delayms=3000">">https://docs.google.com/presentation/d/1PqQRTkU88SFH2Dldj2eQzZwVMu4XW6zvLhZ1m6C9Kao/pub?start=false&loop=true&delayms=3000
Prasasti Batu Tulis Ciaruteun Dan Misterinya
Prasasti Batu Tulis Ciaruteun Dan Misterinya
Prasasti
ciaruteun merupakan prasasti peninggalan kerajaan tarumanegara yang cukup di
kenal di Indonesia, Batu prasasti yang terbuat dari batu alam ini berisikan
puisi empat baris beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta, yang berbunyi:
vikkrantasyavanipat
eh
srimatah
purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
visnoriva
padadvayam
Yang berarti “inilah
(tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki dewa Visnu (pemelihara) ialah
telapak yang mulia sang Purnnawamman, raja di negri Taruma, raja yang gagah
berani di dunia”.
Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut). Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat. Prasasti ini merupakan peninggalan sejarah yang harus dilestarikan. berikut sejarah mengenai batu tulis ciaruteun yang diambil dari beberapa sumber.
Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut). Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat. Prasasti ini merupakan peninggalan sejarah yang harus dilestarikan. berikut sejarah mengenai batu tulis ciaruteun yang diambil dari beberapa sumber.
Dari
Prasasti Kebun Kopi I ( Tapak Gajah ) menuju Prasasti Batu Tulis berjarak
sekitar ± 200 meter dari lokasi Prasasti Kebun Kopi I. Situs Ciaruteun terletak
± 19 km sebelah barat daya dari Kota Bogor, dapat dicapai dengan
kendaraan roda empat ataupun roda dua hingga ke lokasi. Dapat menggunakan
trayek Bogor-Ciampea-Simpang Lebak Sirna-Ciaruteun Hilir (lokasi). Selain itu
mengunakan trayek Bogor-Ciampea (± 45 menit), dan sampai di Persimpangan Lebak
Sirna dilanjutkan dengan ojek motor ± 1,5 km sampai ke lokasi.
Prasasti
termasuk di dalam Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang. Secara geogrfis
terletak pada koordinat 106°41'28,5"BT dan 06°31'39,9" LS dengan
ketinggian 320 m di atas permukaan air laut. Area situs dibatasi oleh
tiga sungai, yaitu selatan: Sungai Ciaruteun, barat: Sungai Cianten, utara: Muara
Sungai Cianten dan Sungai Cisadane, barat: Sungai Cisadane. Dari Sungai Cianten
dan Cisadane terdapat perahu penyeberangan menuju situs. Tanah situs cukup
subur dan dimanfaatkan oleh penduduk dengan menanami padi, sayuran, bambu dan
tanaman keras lainnya. Di kawasan ini terdapat tiga buah prasasti, yaitu
Ciaruteun, Kebon Kopi (Tapak Gajah) dan Muara Cianten, serta tinggalan
megalitik antara lain batu dakon, menhir, batu datar arca megalitik.
Prasasti Ciaruteun diketahui berdasarkan laporan pimpinan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada tahun 1863 M, ditemukan terletak Sungai Ciaruteun, kira-kira 100 meter ke arah hilir muara Cisadane. Menurut informasi ketika terjadi banjir pada tahun 1894 M, prasasti tersebut bergeser sehingga tulisannya terbalik menghadap ke dasar sungai, kemudian pada tahun 1903 M letaknya diperbaiki. Pada tahun 1987 dipindahkan dari tengah Sungai Ciaruteun ke daratan (di atas Sungai) ± 150 meter sebelah utara. Semula batu prasasti berada di sungai Ciareteun termasuk daerah Kecamatan Ciampea. Tetapi sejak batu itu diangkat dan dicungkup di kampung Muara yang terletak di seberangnya (1981), termasuk di dalam Kecamatan Cibungbulang. Karena ditemukan pada alur Sungai Ciaruteun, prasasti ini dikenal dengan nama Prasasti Ciaruteun.
Prasasti Ciaruteun diketahui berdasarkan laporan pimpinan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada tahun 1863 M, ditemukan terletak Sungai Ciaruteun, kira-kira 100 meter ke arah hilir muara Cisadane. Menurut informasi ketika terjadi banjir pada tahun 1894 M, prasasti tersebut bergeser sehingga tulisannya terbalik menghadap ke dasar sungai, kemudian pada tahun 1903 M letaknya diperbaiki. Pada tahun 1987 dipindahkan dari tengah Sungai Ciaruteun ke daratan (di atas Sungai) ± 150 meter sebelah utara. Semula batu prasasti berada di sungai Ciareteun termasuk daerah Kecamatan Ciampea. Tetapi sejak batu itu diangkat dan dicungkup di kampung Muara yang terletak di seberangnya (1981), termasuk di dalam Kecamatan Cibungbulang. Karena ditemukan pada alur Sungai Ciaruteun, prasasti ini dikenal dengan nama Prasasti Ciaruteun.
Kemudian
Prasasti ini telah dialih aksara dan diterjemahkan oleh J.Ph. Vogel (1925) The
Earliest Sanskrit Inscription of Java, R.M. Ng. Poerbacaraka (1952). Prasasti
Ciaruteun ditulis dengan huruf Palawa dalam Bahasa Sangsakerta sebanyak 4 baris
masing-masing 8 suku kata Bunyi bacaannya :
vikkrantasyavanipat eh
vikkrantasyavanipat eh
srimatah
purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
visnoriva
padadvayam
Terjemahannya:
"(Bekas) dua kaki yang seperti kaki Wisnu itu adalah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Tarumanegara, raja yang gagah berani di dunia ". Inskripsi tertulis pada sebongkah batu andesit dengan ukuran Tinggi: 151 cm, Diameter atas: 72 cm, Diameter bawah: 134 cm. Goresan berupa sepasang tapak kaki dan lukisan laba-laba yang dipahatkan di atas huruf. Tulisan terdiri dari 4 baris dituliskan dalam bentuk puisi India dengan irama anus tubuh. Dalam prasasti ini terdapat 2 telapak kaki yang yang disamakan dengan dengan tapak kaki Dewa Wisnu.
Berdasarkan isi prasasti dapat diketahui tiga hal yaitu: nama kerajaan Tarumanagara, nama raja Purnawarman dan (mungkin) dewa yang di-pujanya Wisnu. Tidak ada tanda-tanda yang menunjuk lokasi keraton. Hanya saja dapat dipastikan, daerah tempat ditemukannya tentu termasuk kawasan Tarumanagara. Prasasti ini tidak memuat pertanggalan dan dari bentuk tulisan diperkirakan dibuat pada abad ke-5 M.
"(Bekas) dua kaki yang seperti kaki Wisnu itu adalah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Tarumanegara, raja yang gagah berani di dunia ". Inskripsi tertulis pada sebongkah batu andesit dengan ukuran Tinggi: 151 cm, Diameter atas: 72 cm, Diameter bawah: 134 cm. Goresan berupa sepasang tapak kaki dan lukisan laba-laba yang dipahatkan di atas huruf. Tulisan terdiri dari 4 baris dituliskan dalam bentuk puisi India dengan irama anus tubuh. Dalam prasasti ini terdapat 2 telapak kaki yang yang disamakan dengan dengan tapak kaki Dewa Wisnu.
Berdasarkan isi prasasti dapat diketahui tiga hal yaitu: nama kerajaan Tarumanagara, nama raja Purnawarman dan (mungkin) dewa yang di-pujanya Wisnu. Tidak ada tanda-tanda yang menunjuk lokasi keraton. Hanya saja dapat dipastikan, daerah tempat ditemukannya tentu termasuk kawasan Tarumanagara. Prasasti ini tidak memuat pertanggalan dan dari bentuk tulisan diperkirakan dibuat pada abad ke-5 M.
Ada
dua hal yang walau pun pernah ramai diperdebatkan oleh para ahli, belum dapat
dipecahkan dari prasasti ini. Hal yang pertama ialah ukiran semacam hiasan yang
diduga sebagai huruf, bahkan disebut huruf-ikal. Kedua adalah sepasang tanda
menyerupai "labah-labah" di depan jejak kaki. Teori atau dugaan yang
dilontarkan bermacam-macam. Ada yang menduga sebagai labah-labah lambang
kekuasaan yang menguasai raja-raja daerah dengan "jaring-jaring benangnya";
ada yang menduganya sebagai lambang "matahari kembar" dan ada juga
yang menganggapnya sebagai lambang persatuan "surya-candra' (matahari dan bulan).
Tegasnya "huruf ikal" dan tanda "labah-labah" itu masih
diliputi rahasia masa silam. Prasasti berada tidak jauh dari dalam Kota Bogor,
dan kawasan telah menjadi milik pemerintah, dan telah ditata lingkungannya
serta prasasti ini dari masa Kerajaan Tarumanegara dari abad ke- 4-5 yang cukup
langka, maka sangat potensial apabila dijadikan sebagai objek wisata budaya,
khususnya bagi pelajar atau mahasiswa.
Lokasi:
Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang
Arah:
± 19 km sebelah baratdaya dari Kota Bogor. Dapat menggunakan trayek
Bogor-Ciampea-Simpang Lebak Sirna-Ciaruteun Hilir (lokasi). Selain itu mengunakan
trayek Bogor-Ciampea (± 45 menit), dan sampai di Persimpangan Lebak Sirna
dilanjutkan dengan ojek motor ± 1,5 km sampai ke lokasi.
Pemimpin Masa Depan “Sang Generasi Platinum”
Pemimpin Masa Depan “Sang Generasi Platinum”
Apapun generasinya, jika tidak diberi pendidikan dengan baik maka generasi tersebut hanya akan menjadi sebuah julukan saja. Pendidikan tidak hanya sebatas yang dilaksanakan di sekolah, tetapi juga pendidikan yang menekankan kepada pembentukan karakter seorang anak, terutama pendidikan yang dilakukan oleh orang tua. Pada masa keemasan seorang anak(golden age)di usia balita pembentukan karakter sangatlah penting. “Bagaimana mendidik generasi platinum agar mampu mengemban tugas menjadi pemimpin di masa depan?”.
Generasi platinum adalah anak-anak yang lahir pada awal abad ke-21 dimana masyarakat mulai terbuka dalam berbagai hal, mulai dari prilaku, pola pikir, hingga ketersediaan sarana pendidikan yang jauh lebih baik dibandingkan generasi-generasi yang sebelumnya. Intilah Platinum juga merujuk pada sesuatu yang sangat mewah dan terbaik. Wajar saja jika generasi sebelumnya baru sebatas memiliki kesempatan untuk mengakses dan menggunakan teknologi, bagi generasi platinum terbuka lebar kesempatan untuk menjelajah teknologi untuk mengembangkan diri, itu sebabnya generasi ini dicirikan oleh karakter yang lebih ekspresif dan ekploratif, selaras dengan perkembangan zaman.
Generasi Platinum hadir di saat teknologi komunikasi menuju kematangan, sehingga mereka memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengakses dan memanfaatkan informasi. Hal itu tentu berpengaruh, dimana mereka memiliki peluang lebih baik dalam mengembangkan diri dan menjadi manusia yang berkualitas serta produktif.
Orang tua harus memperhatikan pendidikan anaknya sedini mungkin, pada masa keemasan berlangsung proses internalisasi nilai-nilai yang akan menjadi bekal kehidupannya di masa depan. Pendidikan pada masa keemasan akan mempengaruhi karakter seorang anak di usia dewasanya kelak. Karakter seorang anak dapat dibentuk melalui kejujuran, tanggung jawab, semangat berbagi, etika, semangat belajar, kemandirian, spiritualitas dan juga teladan yang menjadi panutan anak tersebut.
· Kejujuran
Kejujuran merupakan sikap yang sangat penting bagi pembentukan karakter seorang anak. Bila sejak kecil anak sudah terbiasa untuk berbuat jujur, maka kebiasaan tersebut akan terbawa hingga dewasa. Begitupun anak yang sejak kecil sudah terbiasa berbohong maka kebiasaan tersebut akan terbawa hingga dewasa, dan jika anak tersebut menjadi pemimpin maka besar kemungkinannya sifat tersebut akan menjerumuskan kepada korupsi dan pelanggaran lainnya.
· Tanggung Jawab
Kebiasaan untuk bertanggung jawab dapat ditanamkan sedini mungkin kepada anak melalui hal-hal yang dianggap kecil tetapi membawa pengaruh yang besar terhadap pembentukan karakter anak tersebut, contohnya
· Semangat Berbagi
Tidak semua orang dilahirkan dalam keadaan ekonomi yang dapat memenuhi semua kebutuhannya. Anak harus dibiasakan untuk berbagi dengan sesamanya. Kegiatan yang bermanfaat bagi anak seperti membawa anak berkunjung ke panti asuhan dan melihat teman-teman sebayanya yang sudah tidak memiliki orang tua . Anak dapat memberikan mainan yang dia punya kepada teman-temannya di panti asuhan. Kegiatan ini dapat membiasakan anak untuk berbagi dan mengetahui bahwa tidak semua orang dapat membeli apa yang mereka inginkan.
· Etika
Etika sangat erat hubungannya dengan sopan santun seseorang. Pada zaman dimana teknologi berkembang sangat pesat , banyak pengaruh-pengaruh negatif yang dapat mempengaruhi anak dalam segala hal. Orang tua harus menanamkan rasa sopan santun kepada anak dengan cara membiasakan anak untuk menggunakan nada bicara yang sopan kepada orang yang lebih tua, menggunakan kata “tolong” jika memerlukan bantuan, menggunakan kata “maaf” bila melakukan kesalahan dan mendengarkan ketika orang lain sedang berbicara. Hal-hal yang kelihatannya sepele tetapi ternyata memengaruhi sikapnya dimasa mendatang agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman.
· Semangat belajar
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi perkembangan kognifif, afektif maupun psikomotor seorang anak. Pendidiikan yang baik dapat melahirkan anak yang berkompeten dan berkualitas baik dari hal akademis maupun non akademis. Orang tua harus menanamkan sikap semangat belajar agar anak menjadi generasi yang dapat memajukan bangsa ini kea rah yang lebih baik lagi.
· Kemandirian
Kemandirian dapat ditanamkan sedini mungkin kepada anak. Orang tua tidak boleh terlalu memanjakan anaknya karena hingga dewasa anak akan terbiasa dimanja dan sulit untuk hidup mandiri. Karena pada akahirnya anaklah yang akan menjalankan kehidupannya sendiri di masa depan. Kemandirian dapat ditanamkan sejak dini dengan cara membiasakan untuk melakukan kegiatan yang dapat ia lakukan sendiri seperti makan, mandi ataupun membereskan mainannya sendiri.
· Spiritualitas
Aspek Spiritual merupakan pondasi utama dari pendidikan berkarakter. Anak harus diberikan pengetahuan mengenai agama dan menumbuhkan kedekatan kepada tuhan Yang Maha Esa. Aspek spiritual akan menjadi pemandu ketika seorang anak berada dalam posisi yang tidak diinginkan. Agama akan membantu anak untuk tetap berpegang teguh pada budi pekerti yang baik. Orang tua perlu menanamkan pendidikan agama agar anak takut berdosa jika melakukan hal-hal yang melanggar aturan. Hal ini akan menciptakan pemimpin yang berkualitas baik dari segi rohani maupun duniawi.
· Teladan
Semua yang telah orang tua ajarkan tidak akan berjalan apabila orang tua tidak mencontohkan sikap-sikap tersebut. Anak akan meneladani sikap orang tuanya, karena ada pepatah yang mengatakan “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’. Jika orang tua bersikap baik, maka anakpun akan meniru dan sebaliknya apabila orang tua bersikap tidak baik maka jangan salahkan anak apabila ketika dewasa akan memiliki prilaku yang buruk pula.
Generasi platinum merupakan generasi yang diharapkan dapat membawa perubahan yang lebih baik, karena sudah waktunya Indonesia melakukan pembaharuan dan peningkatan kualitas terhadap orang – orang yang memimpin. Oleh karena itu pendidikan karakter harus ditanamkan kepada anak-anak dari sedini mungkin agar anak terbiasa dan sikap tersebut akan terbawa hingga dewasa kelak.
DAFTAR PUSTAKA
http://tenteraverbisa.wordpress.com/2013/10/21/sembilan-pilar-untuk-menyiapkan-pemimpin-generasi-platinum/
DAFTAR PUSTAKA
http://tenteraverbisa.wordpress.com/2013/10/21/sembilan-pilar-untuk-menyiapkan-pemimpin-generasi-platinum/
Tingkatkan Kualitas Perguruan Tinggi
Tingkatkan
Kualitas Perguruan Tinggi
Label
negeri di suatu perguruan tinggi tidak selalu menjamin bahwa kualitas perguruan
tinggi tersebut akan lebih baik jika dibandingkan dengan perguruan tinggi
swasta lainnya. Untuk mendapatkan label negeri bagi sebuah perguruan tinggi
tidaklah mudah, banyak proses yang harus dilalui agar label negeri bisa didapatkan.
Tapi pada kenyataannya, setelah sebuah perguruan tinggi swasta diangkat menjadi
negeri tidak secara otomatis akan meningkatkan kualitasnya juga.
Ada
saja kasus yang menyebabkan tercorengnya nama baik suatu kampus. Mulai dari
pihak kampus yang kurang bertanggung jawab dengan melakukan tindak korupsi, masalah
akreditasi, sarana dan prasarana yang tidak memadai, bahkan mahasiswapun
memiliki andil dalam mencoreng nama kampusnya sendiri.
Sarana
dan prasarana kampus merupakan penunjang kegiatan perkuliahan yang patut untuk
diperhatikan. Sarana dan prasarana kampus yang tidak memadai akan mempengaruhi
jalannya perkuliahan. Seperti Pendingin ruangan yang tidak berfungsi dengan
baik, hal ini sangat mengganggu kegiatan perkuliahan, mahasiswa bukannya
memerhatikan penjelasan dosen tetapi justru sibuk kipas-kipas karena kepanasan.
Lalu proyektor yang sangat penting pada saat menjelaskan materi perkuliahan
bahkan kerap kali tidak berfungsi!. Kemana larinya uang UKT yang telah kami
bayarkan????. Apakah uang kuliah yang
kami bayarkan tidak cukup untuk membeli beberapa AC dan Proyektor baru?. Hal
ini kerap kali memicu aksi protes mahasiswa, tidak jarang mahasiswa melakukan aksi
demo untuk menuntut perbaikan sarana dan prasarana kampus. Namun ironinya, ada
kasus dimana mahasiswa yang mendemo hal ini justru diberikan surat peringatan
terancam di drop out!. Hal ini sangat disayangkan, mengapa tindakan kritis
mahasiswa justru mendapatkan balasan semacam ini?.
Bukankah
sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk kritis?. Jika kebebasan untuk menyatakan
pendapat seperti ini saja malah mendapatkan ancaman DO, apa bedanya mahasiswa
dengan siswa sekolah menegah yang hanya bisa duduk manis mendengarkan
penjelasan dari guru? Kami hanya ingin pihak kampus mendengarkan dan
merealisasikan apa yang kami tuntut.
Namun
di balik sikap kritis mahasiswa, sebaiknya kegiatan aksi yang dilakukan tidak
menimbulkan kericuhan yang justru memperburuk keadaan kampus dan terkesn
kebablasan. Moral dan tingkah laku mahasiswa pun perlu diperbaiki. Kegiatan
perkuliahan harus menunjang pembentukan karakter mahasiswa sesuai dengan apa
yang dicita-citakan oleh Bangsa ini. Karena sebagai generasi penerus di masa
depan, mahasiswa harus memiliki budi pekerti yang baik agar dapat memajukan
Indonesia menjadi Negara yang lebih maju kedepannya.
Selain
pembentukan karakter mahasiswa, aspek penting lainnya adalah kualitas rektor,
dosen, sarana dan prasarana yang perlu di tingkatkan. Peningkatan dan perbaikan
dalam segala aspek akan membawa perguruan tinggi ini ke arah yang lebih baik. Meskipun
tidak mungkin dapat dilakukan perbaikan secara sempurna, tetapi setidaknya
dapat dilakukan perbaikan secara berkala agar terciptanya perguruan tinggi yang
berkualitas. Jika kualitas perguruan tinggi ini diperbaiki maka lulusannya pun
akan semakin berkualitas karena akan meningkatkan motivasi dan semangat
mahasiswa untuk berkuliah. Jangan lagi ada tindakan yang mencoreng nama
Perguruan Tinggi ini. Hilangkan korupsi
dengan memilih pemimpin, staff dan dosen yang arif dan bijaksana dalam
menjalankan tugasnya. Dan perbaiki sarana dan prasarana penunjang perkuliahan
agar dapat meminimalisir aksi demo mahasiswa yang dapat menimbulkan kericuhan karena
tuntutannya tidak dipenuhi.
Tingkatkan kualitas kampus agar nantinya tidak
dipandang sebelah mata dan lebih dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Semoga
nantinya kampus ini akan menjadi perguruan tinggi yang bergengsi dan
dipertimbangkan .
Langganan:
Postingan (Atom)